Oleh Rendi Tri Putra Y. Dan Hamzah Ichklasul Amal

Tidak heran jika mendengar mahasiswa komunikasi sering dan gemar memproduksi sebuah karya film. Salah satunya adalah Ludruk Milenial, sebuah komunitas film beranggotakan mahasiswa komunikasi yang berbasis di Kota Kediri, Jawa Timur.

Sejauh ini mereka sudah memproduksi sebanyak 9 film pendek. Ludruk Milenial beranggotakan 9 mahasiswa dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.

Berdiri pada tahun 2018, gagasan ide mendirikan komunitas film muncul dari salah satu anggota bernama Nizam. Ia terinspirasi dari sebuah konten Situasi Komedi “Cerita Kehidupan” yang sempat trending pada saat itu. Mereka mengamati bahwa membuat konten semacam sitkom  secara teknis tidaklah sulit karna mahasiswa komunikasi sendiri juga memiliki basic dan skill dalam bidang broadcasting, selain itu tujuan dari pembuatan komunitas ini juga sebagai bentuk penyaluran hobi dan aktivitas mahasiswa dalam mengisi waktu luang di sela waktu kuliah di Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Kediri.

Tekad Nizam semakin bulat dalam mendirikan sebuah komunitas film tersebut, ia mengajak beberapa teman KPI lain yang mempunyai minat serupa tentang film dan konten audio visual. Selain Nizam personil Ludruk Milenial lainnya adalah Amina Asmawi, M. Arif Nur Triyogo, M. Najib Zamzami, Rendi Putra Tri Yudistira, Wahyu Andri Tri Cahya, M. Azmi Putra Prayoga, M. Yoga Irfanudin, dan Redha Umar Abdul Aziz.

Nizam melanjutkan, pemilihan nama Ludruk Milenial tercetus di sebuah warung kopi sekitar kampus lalu munculah ide dari salah satu personil, Redha. Mereka mengambil filosifi ludruk, yaitu kesenian drama tradisional dengan lakon cerita keseharian yang diselingi humor. Sedangkan penyematan kata Milenial menandakan generasi masa kini yang erat dengan dunia digital. Sesuai namanya film produksi Ludruk Milenial mengusung cerita-cerita populer seputar keseharian masyarakat.

“Karena perkumpulan ini bukan organisasi intra kampus, maka dana produksi dalam pembuatan sebuah film diambil dari iuran anggota,” ungkap M. Nizam Bahy Ghufron, Koordinator Ludruk Milenial.

Alat dan perlengkapan  yang digunakan dalam produksi seperti kamera, perekam suara, dan tripod, merupakan barang milik pribadi anggota. Jika ada piranti yang dirasa kurang, mereka terpaksa menyewa. Hal yang terpenting adalah Ludruk Milenial bisa menjadi wadah belajar dalam proses pembuat film.

Dari sembilan film yang telah digarap, beberapa di antaranya menyabet gelar juara pada festival film tingkat nasional. Di antaranya:

  1. “Berani berhenti” Juara 1 di UIN Walisongo Semarang dan Juara 2 Festival Film IAIN Surakarta 2018.
  2. “Paradogma” Juara Harapan 2 Lomba Pionir PTKIN se-Indonesia UIN Malang 2019.
  3. “Sawang Sinawang” Juara 2 Festival Film Digital Creatif Universitas Brawijaya Malang 2020.
  4. “Karya di Tengah Pandemi” Juara 1 festival film di IAIN Kediri 2020.
  5. “YOTRO” Juara Harapan 1 Festival Film Pekan Cinta Rupiah Bank Indonesia 2020

 

 

Di awal tahun 2021 kemarin Ludruk Milenial bekerja sama dengan Karang Taruna Kota Kediri sukses merilis film panjang bertajuk PEKA (Pejuang Kampung) melibatkan Wali Kota Kediri Bapak Abdullah Abu Bakar, film tersebut dapat di saksikan di kanal YouTube Ludruk Milenial.

 

 

 

Bekerja Sama Dengan  Karang Taruna Kota Kediri, Ludruk Milenial Sukses Merilis Film PEKA.

 

Film berdurasi 1 jam terdiri dari 67 scene sukses dirilis oleh Tim Ludruk Milenial dan Karang Taruna Kota Kediri. Film bertajuk PEKA (Pejuang Kampung) tersebut telah berhasil dirilis di bulan Januari kemarin di kanal YouTube milik Ludruk Milenial.

Film PEKA tersebut digarap gotong royong dengan total anggota Karang Taruna yang berjumlah 72 orang sebagai pemeran dalam film dan tim Ludruk Milenial yang berjumlah 9 orang sebagai crew produksi.

Ungkap Harianto selaku Sutradara dari film Peka mengatakan bahwa seluruh pendanaan produksi film ini hasil dari swadaya dibuat dengan modal yang nyaris tidak ada sama sekali, ia dan seluruh crew mampu merampungkan film Peka dengan professional, padahal jika dihitung-hitung, total biaya untuk merampungkan satu film tersebut bisa hingga ratusan juta rupiah. “Itu kalau kita harus bayar, mungkin bisa tembus 500 juta (rupiah),” kenangnya.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar turut terlibat dalam pembuatan film tersebut, beliau berperan menjadi Wali Kota Kediri dalam salah satu scene selain itu beliau juga memberi apresiasi terhadap karya dari Karang Taruna Kota Kediri dan Tim Ludruk Milenial, “Kota Kediri tidak pernah kehabisan orang kreatif , terbukti dari hasil kerja keras para pemuda tersebut , film Pejuang Kampung dapat merubah pemuda untuk lebih kreatif  dalam karya dan menjadikan masyarakat peka terhadap permasalahan lingkungan sekitar,” Ujarnya.

Film tersebut selesai digarap selama 1 bulan dan pengambilan gambar dilakukan dalam jangka waktu 8 hari.

“Film PEKA dibuat bertujuan untuk sosial dan gotong royong, diharapkan mampu menginspirasi seluruh lapisan masyarakat terutama pemuda-pemudi Kota Kediri untuk lebih giat berkreatif lagi dalam berkarya.” Ungkap Nizam selaku kordinator dari tim Ludruk Milenial. (Teknik Repotase A kelompok 4)

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan