Oleh: Mohammad Sultan Alfaris
Dalam syariat agama Islam telah diwajibkan bagi pemeluknya untuk melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Jika kita lihat pengertian puasa secara bahasa yang berarti “al-imsak” atau menahan, maka kita diwajibkan untuk menahan segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa. Mulai dari terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari sebagai tanda telah masuk waktu sholat maghrib dan berbuka puasa.
Selain kita diwajibkan untuk menahan segala hal yang bisa membatalkan puasa seperti makan dan minum, dengan kita melaksanakan puasa kita juga belajar untuk mengendalikan hawa nafsu kita. Karena hakikat dari puasa itu sendiri adalah untuk mengalahkan hawa nafsunya. Jika kita berpuasa tetapi tidak berusaha untuk melawan hawa nafsu, berarti kita memahami makna puasa yang sebenarnya.
Begitu banyak kemuliaan yang diberikan Allah SWT pada bulan Ramadhan. Dalam sebuah Hadits dikatakan bahwa “Sepuluh hari pertama pada bulan Ramadhan adalah Rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan dan sepuluh hari ketiga adalah pembebasan dari api neraka”. Selain itu. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat. (HR. Bukhori Muslim)
Bulan Ramadhan merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk memperbanyak amal sholeh, ketika kita melakukan amalan sunnah maka pahalanya sama dengan kita melakukan amalan wajib. Dan ketika kita melakukan amalan wajib maka pahalanya sama dengan kita melakukan ibadah wajib 70x di luar bulan Ramadhan.
Salah satu penyebab bulan Ramadhan menjadi bulan yang paling mulia adalah diturunkannya Al-Quran pada tanggal 17 Ramadhan, atau yang lebih kita kenal dengan malam Nuzulul Qur’an. Karena setiap hal apapun yang berhubungan dengan Al-Quran akan menjadi Mulia. Maka sangat merugi bagi orang-orang yang ketika masuk bulan Ramadhan tetapi tetap disibukkan dengan perkara-perkara yang tidak ada manfaatnya.
