Oleh : M. Nasrul Ikhwan

Dua tahun terakhir ini lebaran tidak bisa dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti menghidupkan suasana di malam takbiran, bersalam-salaman, bahkan sebagian daerah di Indonesia tidak mengadakan sholat ied berjamaah di masjid atau mushola terdekat. Karena pandemic Covid-19 yang melanda lebih dari satu tahun lamanya, membuat kegiatan – kegiatan peribadatan tidak bisa berjalan dengan khusyuk dan sempurna.

Lebaran merupakan nama lain dari hari raya umat islam, ada hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Dua hari raya tersebut dirayakan setiap tahun atau setiap bulan Syawal setelah umat islam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan hari raya aidiladha dirayakan setiap tanggal 10 Zulhijah sampai 13 Zulhijjah.

Hari raya idul fitri atau orang islam Indonesia menyebutnya hari raya mudik ini adalah hari raya umat islam yang jatuh pada tanggal 1 syawal pada penanggalan Hijriah dan ini ditandai dengan berakhirnya bulan puasa Ramadhan. Setiap tahun hari raya idul fitri jatuh pada tanggal yang berbeda-beda jika dilihat dari penanggalan kalender Masehi karena penentuan 1 Syawal bervariasi  dan didasarkan pada peredaran bulan  maka dari itu sebagian umat islam merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda.

Satu minggu sebelum hari raya idul fitri masyarakat yang berada di perantauan akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman, berkunjung ke sanak keluarga yang telah lama ditinggalkan atau orang Indonesia mengatakannya dengan istilah “Mudik”. Mudik ini sudah menjadi tradisi orang islam di Indonesia menjelang hari lebaran idul fitri karena pada saat itulah ada kesempatan untuk pulang kampung dan berkumpul dengan sanak keluarga dan tetangga. Transportasi yang digunakan oleh para pemudik antara lain pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus dan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor, bahkan kendaraan truk bisa digunakan untuk mudik. Akan tetapi di tahun 2020 dan 2021 pemerintah melarang masyarakat yang berada di luar kota untuk tidak mudik dikarenakan untuk memutus rantai penularan Covid-19 yang mudah menular. Pemerintah mengkhawatirkan jika mudik tetap dilakukan akan terjadi lonjakan angka positif covid-19.

Selain mudik, tradisi lebaran di Indonesia adalah membeli pakaian baru. Tetapi bagaimana hukumnya di dalam ajaran islam? Sebenarnya untuk merayakan hari raya idul fitri tidak diharuskan untuk membeli pakaian baru, namun disunnahkan untuk mandi sebelum berangkat ke tempat sholat. Dalilnya adalah pada hadits Nabi Muhammad SAW :

Dari Ibnu Abbas ra berkata bahwa Rasulullah SAW mandi pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ibnu Hibban).

Disunnahkan juga mengenakan pakaian yang terbaik pada hari itu, khususnya pakaian sholat, baik peci, sorban, baju koko atau gamis, sarung, celana dan juga mukenah.

Tradisi lainya di idul fitri adalah tradisi memberi angpao. Kata ini lebih mengingatkan kita pada tradisi imlek. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), angpao diartikan sebagai amplop kecil untuk tempat uang sumbangan yang diberikan kepada orang yang memiliki hajat atau acara dalam adat china. Namun, pada perkembanganya, salam tempel atau pemberian amplop ini kerap disebut angpao. Tradisi pemberian angpao ini sebenarnya juga dikenal di masyarakat Arab yang disebut eidiyah.

Tradisi ini diberikan oleh orang tua kepada anak-anak sebagai hadiah hari raya Idul Fitri karena mereka telah berpuasa dan berharap bisa menjadi dorongan agar tahun depan bisa berpuasa lebih baik lagi. Perbedaan angpao lebaran dengan angpao Imlek biasanya terletak pada warna. Jika angpao China berwarna merah ada tulisan aksara China sedangkan angpao lebaran biasanya berwarna hijau atau warna lain. Tetapi warna hijau sendiri bagi masyarakat islam melambangkan nuansa islami. Namun, pada perjalannya angpao berganti warna dan berbagai bentuk gambar menarik yang disukai anak-anak. 

Tradisi kupatan, tradisi ini merupakan salah satu tradisi masyarakat muslim Jawa yang masih dilestarikan sampai sekarang. Umumnya, kupatan hanya dirayakan oleh masyarakat secara individual atau selamatan kecil yang dilaksanakan pada hari ketujuh bulan syawal.

Selain tradisi-tradisi lebaran. Adapun hal yang diwajibkan kepada umat islam saat menjelang idul fitri adalah membayar zakat.  Pada prinsipnya setiap muslim diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya, keluarganya dan orang lain yang menjadi tanggunnya baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki maupun perempuan.

Besaran zakat yang harus dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai penafsiran hadits adalah satu sha’ ( 1 sha’ = 4 mud. 1 mud = 675 gr ) atau kira-kira setara dengan 3,1 liter atau 2,75 kg makanan pokok (beras) atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan.

Para ulama, diantaranya Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha’ gandum, kurma atau beras. Nominal zakat fitrah yang ditunaikan dalam bentuk uang, menyesuaikan dengan harga beras yang dikonsumsi.

Waktu pengeluaran zakat fitrah adalah pada bulan Ramadhan, paling lambat sebelum orang-orang selesai menunaikan shalat id. Jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam kategori zakat melainkan sedekah biasa.

Penerima zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan 

  1. Fakir , orang yang tidak mempunyai harta atau hasil usaha (pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dan tanggungannya.
  2. Miskin, orang yang mempunyai harta dan hasil usaha tetapi masih tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhanya.
  3. Fi Sabilillah, Orang yang berjuang di jalan Allah seperti berperang, berdakwah, dan menerapkan hukum islam.
  4. Muallaf, kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya karena baru masuk islam.
  5. Gharim, orang-orang yang memiliki hutang, menanggung hutang, dan tidak sanggup membayarnya.
  6. Ibnu Sabil, orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan/musafir dan para pelajar perantauan.
  7. Amil Zakat, panitia penerima dan pengelola zakat.
  8. Riqab, Hamba Sahaya atau budak. 

Di antara hikmah disyariatkannya zakat fitrah adalah :

  1. Zakat fitrah merupakan zakat diri, dimana Allah memberikan umur panjang baginya sehingga ia bertahan dengan nikmatnya.
  2. Zakat Fitrah juga merupakan bentuk pertolongan kepada umat islam, baik kaya maupun miskin sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk beribadah kepada Allah SWT dan bersukacita dengan segala anugerah nikmatnya.
  3. Hikmahnya yang paling agung adalah tanda syukur orang yang berpuasa kepada Allah atas nikmat ibadah puasa.
  4. Di antara hikmahnya merupakan pembersih bagi yang melakukannya dari kesia-siaan dan perkataan buruk, demikian pula sebagai salah satu sarana pemberian makan kepada fakir miskin.

Lain halnya jika ia tidak mampu mengeluarkan zakat fitrah dengan ukuran sempurna ( 2,75 kg beras ), tapi hanya mengeluarkan sebagian saja. Maka yang bersangkutan wajib untuk mengeluarkan sebagian hartanya di lain hari. Organisasi Islam Nahdlatul Ulama menyimpulkan hukum membayar zakat fitrah bagi yang tidak mampu yakni tidak berkewajiban. 

Selain lebaran Idul Fitri, ada Lebaran Idul Adha yang dilaksanakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah atau juga disebut dengan “Hari Raya Haji”, di mana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit atau yang disebut dengan pakaian ihram yang melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup yang mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan di antara mereka karena mereka semua sederajat di hadapan Allah SWT. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah yang maha kuasa atas segalanya, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Di Samping Idul Adha dinamakan hari raya haji, Idul Adha juga dinamakan “Idul Qurban” , karena pada hari itu Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat islam yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berqurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Jika kembali ke sisi historisnya dari perayaan Idul Qurban ini, maka yang di fikiran kita akan teringat dengan kisah teladan Nabi Ibrahim, yaitu ketika beliau diperintahkan Allah SWT untuk menempatkan isterinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa yang dimaksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah dengan ikhlas dan penuh tawakkal. Karena pentingnya peristiwa tersebut, Allah SWT mengabadikannya dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 37.

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air kesana kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam-Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.

Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” yang berarti Hari Raya Penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, maka dari itu Allah SWT memberikannya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (Kekasih Allah).

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail di atas, bagi kita harus dimaknai sebagai pesan simbolik keagamaan, yang mengandung pembelajaran paling tidak pada tiga hal :

  1. Ketaqwaan, kesiapsediaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayanganya atas perintah Allah menandakan tingginya tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim, sehingga tidak terjerumus dalam kehidupan hedonis sesaat yang sesat. Lalu dengan kuasa Allah ternyata yang disembelih bukan Ismail melainkan domba. Peristiwa ini pun mencerminkan Islam sangat menghargai nyawa dan kehidupan manusia, islam menjunjung tinggi peradaban manusia.
  2. Hubungan antar manusia, ibadah-ibadah umat islam yang diperintahkan Tuhan senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitanya dengan hubungan kepada Allah (Hablumminallah) dan hubungan dengan sesama manusia (Hablumminannas).
  3. Peningkatan Kualitas Diri. Hikmah ketiga dari ritual keagamaan ini adalah memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan pengelolaan diri yang merupakan cikal bakal akhlak terpuji seorang muslim.

Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzhulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat islam. Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Makkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat islam yang sedang haji. Idul Adha adalah puncaknya ibadah haji yang dilaksanakan umat Islam.

Penetapan Idul Adha, bila umat islam meyakini bahwa pilar dan ini dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah haji di tanah suci sedang melakukan wukuf di Arafah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

“Ibadah Haji adalah (Wukuf) di Arafah.” – HR at-tirmidzi, ibnu majjah, al-Baihaqi, ad-Daruquthni, Ahmad, dan Al-Hakim. Al-Hakim berkomentar, “hadits ini shahih, sekalipun dia berdua [Bukhari-Muslim] tidak mengeluarkannya.”

Pada hari raya ini, umat islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan sholat id bersama-sama di tanah lapang atau di masjid, seperti halnya ketika merayakan Idul Fitri. Adapun setelah sholat id  berjamaah dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah penyembelihan dan pemotongan hewan kurban, tentu saja sebelum disembelih, jagal akan membaca takbir dan doa. Saat menyembelih dipastikan pisau harus tajam agar sehingga urat nadi hewan kurban langsung terpotong, setelah selesai penyembelihan biasa daging hewan kurban tersebut dibagi-bagikan. Baik daging sapi atau kambing, keduanya dibagi ke dalam tiga porsi. Porsi pertama dibagikan ke keluarga yang memiliki hewan kurban. Porsi kedua diberikan kepada kerabat atau masyarakat sekitar. Terakhir, daging kurban akan dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu.

Tak sulit menemukan berbagai macam tradisi perayaan Idul Adha di Indonesia. Bahkan, di pulau Dewata Bali yang memiliki jumlah muslim tak banyak, perayaannya tetap meriah. Umat muslim di pulau Bali memanfaatkan libur nasional Idul Adha dengan tradisi “ngejot” yaitu memberikan makanan kepada tetangga sekitar rumah, termasuk bagi non muslim. Menariknya umat islam yang tinggal di pulau Bali tetap bisa menyembelih hewan kurban. Walaupun bagi penganut agama Hindu, sapi adalah binatang suci yang harus dilindungi. Menurut ajaran Hindu, sapi merupakan lambang kesejahteraan kepada semua makhluk hidup di bumi. Adanya tradisi ngejot di pulau Bali tersebut membuktikan tingginya toleransi antar umat beragama disana. 

Dibelahan dunia yang lain, jika di indonesia Idul Adha merupakan hari libur nasional, hal tersebut tidak berlaku di Amerika. Meskipun demikian, Idul Adha tetap menjadi hari libur untuk sekolah umum di New york. Sementara yang tinggal di kawasan Kanada, terdapat pengecualian libur bagi yang merayakan Idul Adha. Penyembelihan hewan kurban juga tetap dilakukan secara tertutup agar tidak mencolok. Hal ini ditujukan agar mereka yang vegetarian tidak mengalami trauma dan rasa takut.

Sementara itu, Idul Adha di Inggris, juga tetap berlangsung semarak. Disana warga Muslim terbanyak tinggal di London timur. Selain menyembelih hewan kurban, umat muslim setempat juga punya tradisi unik yaitu makan bersama dengan hidangan nasi dan kari khas india, serta baklava Turki. Tradisi tersebut berlangsung di masjid-masjid terdekat.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan