penulis : IZAM RAFI KANAFI

Assalamualaikum Wr. Wb. 

 

Kembali lagi bersama saya Izam Khan dalam Moviepedia. 

 

Bisa dibilang bangkitnya kembali genre horror dengan produksi gila-gilaan dalam jagat perfilman tanah air diakibatkan oleh kesuksesan Pengabdi Setan karya Joko Anwar yang telah menjadi tolak ukur kualitas dengan perolehan jumlah penonton fantastis yang menjadikan film ini sebagai film horor Indonesia terlaris sepanjang masa.

 

Para pemain lama genre ini macam Baginda Rizal Mantovani, Jose Purnomo dan Rocky Soraya, walau kali ini nama Koya Pagayo tidak ikut-ikutan muncul kembali menemukan momentumnya untuk memamerkan diri dan hadir dengan horor berkualitas kentut yang malah membuat penontonnya pesimis untuk coba-coba dengan film-film terbaru mereka yang diproduksi secara instan bak kacang goreng kan film klasik karya siswa tanya pesimis untuk coba-coba dengan film-film terbaru mereka yang kualitas kentut yang malah membuat penontonnya pesimis untuk coba-coba dengan film-film terbaru mereka yang diproduksi secara instan pakai kacang goreng.

 

Joko sendiri menulis film ini berdasarkan film klasik karya Sisworo Gautama Putra tahun 1982 yang konon katanya terinspirasi Phantasm Don Coscarelli yang dirilis tiga tahun sebelumnya. Origins yang telah meraih status Gold classic di kalangan pecinta horor Asia yang sempat Menghilang dari peredaran sebelum pada tahun 2006 dirilis versi uncut dalam format DVD sebagai bagian dari serial horor Timur.

 

Remake Joko tentu saja jauh dari kata memalukan dengan status hit box office dan Critical Acclaim ditambah dengan distribusi ke berbagai negara sebelum akhirnya dirilis dalam format blu-ray.

 

Setelah penayangan perdana pada 28 September 2017 lebih dari 2 sampai 3 tahun yang lalu bermunculanlah film-film dengan template yang nyaris serupa yang kebanyakan berakhir forgettable.

Bahkan Sebelum Iblis Menjemput tidak mendapat sambutan yang sama positifnya di dunia internasional, Kafir : bersekutu dengan setan masih memiliki setumpuk kekurangan yang bahkan cukup fatal, namun seharusnya tidak terjadi terutama di babak ketiga.

 

Pengabdi Setan sendiri tidak lantas hadir dengan aspek penceritaan yang mulus. Walau terasa akrobatik dengan Twist cerdas yang sempat mengecoh Kebanyakan orang, meski pengungkapannya sendiri melalui majalah misteri terasa cukup understanded dan kehilangan cengkraman misterinya.

 

Walau patut diakui adegan yang melibatkan gramofon dan roda mobil-mobilan bukti bahwa level kreatif Joko memang sangat otentik.

Hal tersebut syukurnya bertebaran dengan banyak cara di sepanjang durasi film.

Sementara buat saya pribadi hal yang cukup mengalihkan perhatian adalah logat Bront Palarae yang sangat kaku dan terkesan tidak alami, serta karakterisasi Arswendi Bening Suara yang terasa terlalu bodoh dan dangkal untuk ukuran pemuka agama, atau memang barangkali Joko memang sengaja mendesain karakter tersebut sedemikian rupa.

 

Kelemahan lainnya juga turut hadir seperti Penulisan dialog yang di beberapa bagian terasa cukup buruk, namun pengadegan Joko dan visi artistiknya yang luar biasa, jujur memang belum mampu atau bahkan tidak akan mampu dilampaui horor lain yang muncul belakangan ini dan pada akhirnya memaafkan semua elemen minor tersebut dengan presentasi memukau. Dengan cerdik Joko mengawinkan elemen horor modern yang berhutang sepenuhnya pada Hollywood dengan muatan lokal yang secara samar telah dimulai di film Origins-nya.

 

Akan sangat menarik ke arah mana yang akan ditempuh Joko apabila kelak film ini dibuatkan sekuelnya 2 atau 3 tahun mendatang.

Dengan set up karakter yang terasa cukup kuat dan berkesan di hati penontonnya terutama karena elemen keluarga sebagai core pengabdi setan yang membuat jalinan cerita nya terasa hangat dan istimewa.

 

Sebuah penantian yang layak ditunggu-tunggu, tentunya setelah Gundala dan Perempuan Tanah Jahanam.

 

Boleh setuju, boleh tidak..

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan