Oleh : Erik Firmanda
Hari raya idul fitri 1442 H adalah hari dimana orang islam merayakan hari rayaNya. Berkumpul dengan sanak keluarga yang ada dikampung halaman sudah menjadi tradisi tahunan, bukan karena alasan waktu yang digunakan untuk bisa berkumpul dengan keluarga tercinta untuk bersilaturahmi. Menjalin tali silaturahmi membawa dampak tersendiri bagi pribadi yang menjalankannya, tidak terlepas dari kesadaran yang semakin mendorong untuk memperkuat hubungan dengan orang tercinta, keluarga, teman, dll, yang mengharuskan menjaga tali silaturahmi tertap berjalan.
Bentuk-bentuk Silaturrahmi Banyak sekali kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupannya yang mencerminkan silaturrahim. Sehingga silaturrahim dapat dilakukan dalam berbagai ruang seperti berikut:
- Silaturahmi dalam Keluarga Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, dalam rangka menjaga tali silaturahmi antar keluarga, seperti halal bihalal ataupun hanya sekedar berkunjung ke rumahnya keluarga
- Silaturahmi dalam bidang pendidikan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang mencerminkan silaturahmi diantaranya adalah proses belajar mengajar, temu wali murid, alumni, dll.
- Silaturahmi dalam bidang sosial Ruang social kemasyarakatan merupakan ruang kehidupan yang majemuk dan heterogen berdasarkan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, antar individu dalam masyarakat tersebut dalam masyarakat tersebut dapat disatukan dan dieratkan melalui berbagai kegiatan seperti bakti soial, peringatan hari pahlawan, dll.
- Silaturahmi dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama antar daerah (kabupaten), kerjasama antar propinsi, bahkan kerjasama antar Negara. Selain itu, banyak sistem bisnis yang dapat mengkoneksikan satu orang dengan yang lainya
yang memungkinkan adanya ikatan silaturahmi seperti arisan, MLM, dan sistem bisnis lainya
- Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan silaturahmi yang dilakukan dalam dunia politik di antaranya adalah pelatihan kader dasar partai politik, raker parpol, munas parpol, kampanye parpol, dan kegiatan lainya
Namun seiring dengan perkembangan zaman, silaturahmi bisa dilakukan dengan cara yang mudah dari manapun dan kapanpun, yang seperti kita ketahui bahwa hadirnya jaringan telepon membuat orang semakin mudah untuk berhubungan dengan orang lain dari manapun. Namun dengan hadirnya teknologi tidak bisa menggantikan peran silaturahmi secara langsung bertemu dengan orang yang di cintai. Karena ketika bertemu langsung suasana dan rasa yang dihadirkan sangatlah berbeda. Dengan cara dan metode yang berbeda-beda yang digunakan dalam silaturahmi maka perlu kita mengetahui apa makna dan manfaat yang diperoleh dari silaturahmi dan apa akibatnya jika tidak melakukan silaturahmi atau memutuskan tali silaturahmi
Pengertian Silaturahmi
Istilah silaturahmi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu shilah dan ar-rahim / ar-rahmi. Kata shilah berasal dari washala, yashilu, washlan, wa shilatan yang berarti hubungan atau terhubung. Sedangkan ar-rahim berarti kerabat yang masih ada pertalian darah. Ar-ra- him juga berarti rahmah, lembut, penuh cinta, dan kasih sayang. Jadi, secara bahasa silaturahmi maknanya adalah menghubungkan tali kekerabatan atau menghubungkan rasa kasih sayang. Jika dua makna tersebut digabungkan, silaturahmi mempunyai arti menjalin hubungan kasih sayang, baik dengan kerabat maupun orang lain. Dengan demikian, seseorang belum dikatakan bisa menjalin silaturahmi bila dengan orang lain baik, tetapi dengan kerabat sendiri malah tidak rukun. Malah, ia belum dikatakan mengamalkan silaturahmi jika dengan keluarga baik- baik saja, tetapi dengan orang lain bermusuhan. Pengertian silaturahmi secara istilah, dapat ditemukan dalam beberapa pendapat berikut ini :
- Imam an-Nawawi mengartikan silaturahmi dengan baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang yang menyambung dan disambung, bisa dengan harta, kadang dengan bantuan, kadang dengan berkunjung, mengucap salam dan lain sebagainya.
- Abu Thayyib mengartikan silaturahmi sebagai ungkapan tentang kasih sayang baik kepada kerabat, orang yang memiliki hubungan nasab dan perkawinan. saling berbelas kasihan dan berbicara dengan lembut.
- Ibnu Abi Hamzah mendefinisikan silaturahmi dengan menyampaikan yang mungkin disampaikan, dan menghilangkan keburukan yang mungkin dihilangkan, sesuai dengan kesanggupan.
- Al-Ma’nawi menuturkan silaturahmi adalah menyertakan kerabat dalam kebaikan.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa silaturahmi berasal dari bahasa Arab yang artinya hubungan keluarga yang bertalian darah. Dari arti ini, lalu beralih ke arti lain, yaitu terhubung sesuatu yang memungkinkan, mengaktifkan, serta menolak sesuatu yang memungkinkan terjadinya keburukan dalam batas kemampuan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa cakupan silaturahmi amat luas. Tidak hanya sesama keluarga yang bertalian darah, tetapi juga hubungan antara sesama manusia dan hubungan antar manusia dengan alam sekitarnya. Dengan demikian, silaturahmi bermacam-macam: pertama, silaturahmi dengan diri sendiri; kedua, silaturahmi dengan sesama manusia; ketiga, silaturahmi dengan yang seagama; dan keempat, silaturahmi dengan alam sekitar.
Anjuran Silaturahmi dalam Al-Quran dan Hadis Nabi
Silaturahmi dalam pengertian menyambungkan rasa kasih sayang dan persaudaraan dengan kerabat terdekat dan seluruh manusia merupakan ajaran yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah dalam Al-Quran dan Rasulullah saw. Dalam banyak hadis yang menegaskan tentang perintah silaturahmi. Berikut ini beberapa ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang menganjurkan silaturahmi dengan berbagai keutamaannya.
- silaturahmi adalah ciri orang yang bertakwa. “Hai sekalian manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari “nafs” yang satu (Adam), dan darinya Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan menggunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An-Nisa ‘: 1).
- Silaturahmi merupakan tanda orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Seperti sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir. hendaklah memuliakan tamunya. Barang- siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik-baik atau diam ”(HR. Bukhari dan Muslim).
- Silaturahmi merupakan amalan yang dapat memperlancar rezeki dan menambah umur. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang senang di luaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menghubungkan tali kerabat” (HR. Bukhari dan Muslim).
- silaturahmi merupakan amalan yang bisa membawa ke surga bagi pengamalnya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga” Nabi bersabda, “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat (sedekah), dan menyambung tali silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim
- Balasan melakukan silaturahmi begitu cepat, begitu pun bagi yang meninggalkannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw. “Sesuatu yang paling cepat mendatangkan pahala adalah berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan siksaan adalah berbuat jahat dan memutuskan tali silaturahmi” (HR. Ibnu Majah).
- Orang yang melakukan silaturahmi senantiasa dalam perlindungan Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Hubungan kekeluargaan (silaturahmi) digantungkan pada Arasy. la berkata, “Siapa yang menyambungku, Allah akan menyambungnya, dan siapa yang memutuskan aku, Allah pun memutuskannya” (HR. Muslim)
- Pahala silaturahmi mengungguli shalat dan puasa. Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw dalam sabdanya, “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan puasa?” tanya Rasulullah kepada para sahabat. “Tentu saja,” jawab mereka. Beliau kemudian bersabda, “Engkau damaikan yang
bertengkar, menyambungkan persaudaran yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan dalil-dalil tersebut, dapat dikatakan bahwa silaturahmi merupakan perkara penting dan memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Silaturahmi merupakan amal saleh yang penuh berkah, dan memberikan kepada pelakunya kebaikan di mana pun ia berada Keutamaannya sangat banyak, baik yang akan dirasakan saat ini di dunia maupun yang akan dinikmati kelak di akhirat.
Karena keutamaan dan manfaatnya yang sangat besar itulah, tak heran kalau Rasulullah sangat marah kalau ada orang yang memutuskan tali silaturahmi. Oleh karena itu, ketika beliau hijrah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukannya adalah menyatukan kembali jalinan silaturahmi dua kabilah yang selama puluhan tahun terputus, yaitu kabilah Aus dan Kharaz.
Keputusan beliau ternyata sangat tepat untuk membangun masyarakat yang maju di Madinah.
Para sahabat pun mengikuti jejak Rasulullah. Mereka selalu melakukan silaturahmi dengan kerabatnya, dan menganjurkan semua orang untuk membiasakan silaturahmi. Umar bin Khattab pernah berkata, “Pelajarilah nasab kalian dan bersilaturahmilah kalian. Demi Allah, antara seseorang dan saudaranya pasti ada sesuatu. Jika saja ia tahu keutamaan silaturahmi yang berada di antara dirinya dan saudaranya, pasti ia akan menjaganya agar tidak rusak.”
Sementara Ali bin Abi Thalib pernah menceritakan, “Jika aku bersilaturahmi kepada saudara-saudaraku dengan satu dirham, tentu lebih aku sukai daripada menyedekahkan dua puluh dirham. Jika aku bersilaturahmi dengan seratus dirham, tentu lebih aku sukai daripada memerdekakan budak.
Ancaman bagi orang yang memutuskan silaturahmi
Jika menjaga tali silaturahmi adalah perbuatan mulia, meninggalkan atau memutuskannya adalah perbuatan yang sangat tercela. Allah dan rasul-Nya sangat benci kepada orang-orang yang memutuskan jalinan silaturahmi. Allah Swt. mengancam para pemutus silaturahmi
dengan memberikan sanksi yang berat baik di dunia maupun akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al- Quran dan hadis Nabi berikut ini :
- Ditulikan telinga dan dibutakan matanya. Sebagaimana firman Allah Swt “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” (QS. Muhammad: 22-23). Ancaman ini juga ditegaskan melalui sabda Rasulullah saw “Apabila telah tampak ucapan dan tersimpan amal ibadah, kesepakatan tampak di lidah dan hati saling membenci, serta setiap orang yang mempunyai keluarga memutuskannya, ketika itulah Allah Swt mengutuk mereka, menulikan mereka, dan membutakan mata hati mereka” (HR. Ath-Thabrani).
- Terputus dari rahmat Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam sebuah hadis Qudsi. Allah Swt berfirman, “Aku adalah Allah, dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku menciptakan rahim, dan Aku mengambilkan baginya satu nama dari nama-ku. Barangsiapa yang menyambungkannya niscaya Aku menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskannya, niscaya Aku memutuskan hubungan dengannya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad). Dalam hadis lain, Rasulullah saw bersabda, “Rahmat tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada pemutus silaturahmi” (HR. Muslim).
- Amal ibadah pemutus silaturahmi tidak diterima oleh Allah. Dari Abu Hurairah ra ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jumat, tidak diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan silaturahmi” (HR. Ahmad)
- Siksaan yang cepat di dunia dan akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada dosa yang Allah lebih mempercepat siksaan pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Abu Dawud)
- Tidak akan masuk surga. Sebagaimana sabda Rasulullah saw “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebab Terputusnya Tali Silaturahmi
Terputusnya silaturahmi atau permusuhan antara anggota keluarga merupakan kejadian yang kerap kali kita dengar akhir-akhir ini. Banyak anak yang tidak mengakui ibu kandungnya lagi setelah ia berlimpah harta. Demikian pula banyak orang tua yang tega mengusir anaknya karena kesalahan sepele. Budaya hidup individualisme dan materialisme telah menyebabkan terjadinya pemutusan silaturahmi. Saling mengunjungi dan memberikan nasihat saat ini sudah menjadi sesuatu yang langka dalam hidup keseharian kita. Hak dan kewajiban antar kerabat tidak berjalan lagi, akibatnya silaturahmi pun terputus. Inilah hal-hal yang menyebabkan terputusnya silaturahmi yang perlu kita waspadai:
Berkunjung Di zaman modern ini banyak orang yang jarang, enggan, bahkan tidak pernah berkunjung kepada sanak keluarganya. Alasannya macam-macam. Ada yang karena sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk menengok orangtuanya. Ada juga karena malas atau takut orangtuanya meminta sesuatu darinya. Padahal kunjungan anak ke orang tua, atau kunjungan saudara kepada saudaranya yang lain adalah kunci mempererat silaturahmi. Jika berkunjung jarang dilakukan, sedikit demi sedikit rasa kasih sayang antar keluarga mulai pudar. Hal inilah yang menjadi cikal bakal renggangnya tali persaudaraan atau silaturahmi
Lebih mementingkan orang lain daripada keluarga. Salah satu kondisi memprihatinkan yang terjadi pada keluarga masa kini adalah banyaknya orangtua atau anak yang tidak betah diam di rumah. la lebih senang tinggal di luar rumah atau menyewa tempat kost yang dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Ia lebih suka berkumpul bersama rekan-rekan kerjanya daripada dengan keluarganya. Ia pulang ke rumah kalau ada hal-hal mendesak saja. Akibatnya, rasa sayang antara orang tua dan anak, atau antara suami dan istri tidak menjadi hal yang penting lagi. Masing-masing asyik dengan urusannya sendiri
Sibuk dengan dunia. Seseorang yang rakus dengan dunia seakan tidak memiliki waktu lagi untuk menyambung silaturahim dan berusaha meraih kecintaan kerabatnya. Dia sibuk bekerja untuk menumpuk harta. Dia bekerja di pagi hari dan pulang hingga malam hari, bahkan hingga kerja lembur. Demi harta, dia lebih mementingkan pekerjaan guna memperoleh bonus atau kenaikan jabatan sehingga menyibukkan diri dibandingkan menyempatkan diri untuk berkujung ke keluarganya yang lain. Hitung-hitungan terhadap keluarga sendiri.
Manusia adalah makhluk sosial pasti membutuhkan manusia yang lainnya, untuk itu, dalam Islam silaturahmi sangat penting. Hal ini menjadi bagian dari Tujuan, Proses, Hakikat, Konsep Penciptaan Manusia Dalam Islam. Manusia tidak hanya membutuhkan aspek materi, namun juga membutuhkan aspek lainnya seperti kasih sayang, cinta, perhatian, dan dukungan dari orang lain. Tanpa adanya silaturahmi tentu hidup manusia akan hambar. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik.