Penulis : Ahmad Rijaludin Ya’lu

 

Sebagai umat muslim tentunya sudah menjadi kewajiban untuk menebar kabaikan kepada sesama makhluk Tuhan tanpa terkecuali. Dakwah bagi umat Islam, sesungguhnya menjadi kewajiban yang menyeluruh. Setidaknya, umat Islam yang dimaksud adalah yang termasuk dalam kategori (mukallaf) individu yang sudah bisa dikenai beban tanggung jawab dan (mumayyiz) individu yang telah mampu membedakan antara yang benar dan salah, serta antara baik dan buruk. Kewajiban dakwah Islam ini ada yang bersifat individual secara pribadi dan masing-masing ada yang berbentuk kolektif melalui kelompok, jamaah atau organisasi. Dengan demikian menjadi umat Islam pada hakekatnya berkewajiban untuk berdakwah. Menjadi muslim bisa diidentikkan sebagai da’i, atau juru dakwah menurut proporsi dan kapasitas masing-masing.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju seperti sekarang ini, model masyarakat dalam mencari informasi telah berganti. Jika dulu masyarakat rela berhari-hari berjalan kaki menuju tempat pengajian, kini tak perlu repot cukup dengan Handphone dan kuota internet, kita bisa mendapatkan model pengajian dan pemuka agama yang diinginkan. Kecanggihan teknologi informasi telah mengubah cara mesyarakat dalam memperoleh wawasan, termasuk pemahaman tentang agama. Era ini adalah puncak dimana semuanya yang serba instan dan banyak dinikmati oleh masyarakat. Seorang da`i (mubaligh) pun bisa berdakwah atau menyampaikan dakwahnya melalui media-media yang ada seperti berdakwah dengan media televisi, radio, dan juga media tulisan. Realitas yang ada banyak sekali da`i yang sudah memanfaatkannya terutama artis saja yang ingin masuk televisi, bahkan para da`i pun juga banyak, hingga menjamur dimana-mana. Bagus ketika bertujuan untuk menegakkan ajaran, dan syariatnya tetapi apakah itu saja kenyataannya. Mereka medapatkan perilaku yang nyaman, rasa tentram karena fasilitas yang ada.

Pada umumnya, dakwah yang dilaksanakan dalam sebuah majelis taklim di sebuah surau, masjid atau musholla berlangsung dalam suasana sakral dan khidmat. Kemajuan teknologi dan informasi, memungkinkan seorang da’i untuk berimprovisasi dengan selingan humor dan hal-hal lain, agar materi ceramahnya tetap menarik untuk disimak. Mengingat tantangan dakwah diera teknologi dan informasi, khususnya media memang tidak bisa dilepaskan dari wahana hiburan. Dampaknya, orientasi dakwah yang diperankan para da’i, juga semakin berkembang, bahkan cenderung menjadi bias.

Fenomena ‘Pengajian Online’ ini cukup ramai digandrungi oleh kaum milenial dimana memang dunia maya adalah tempat mereka berkumpul. Melihat celah ini para pemuka agama mendapatkan peluang untuk terjun dan turut mewarnai dunia digital dengan menyisipkan pesan-pesan dakwah melalui platform digital seperti Youtube, Instagram, hingga Twitter. Terlebih ketika Indonesia berada di tengah kondisi yang begitu rumit dengan masuknya pandangan-opandangan ekstrin dan radikal yang kemudian memunculkan banyaknya kelompok yang pro akan kekerasan. Banyak teroris mendapatkan pemahaman agama yang melenceng dan aksi radikal yang mereka lakukan melalui internet. Oleh karena itu, dakwah humanis perlu masuk ke ranah digital. Artinya, model dakwah ini perlu membaca dan memahami kecenderungan keberagaman generasi.

Mudahnya masyarakat mendapat jawaban singkat dan seringkali tidak kuat basis “dalil”-Nya menjadikan mereka mudah terserang virus hoaks. Hoaks keagamaan pun seakan menjadi keniscayaan di tengah masyarakat yang kering spiritualitas saat ini.  Dakwah perlu diubah menuju pada “keadaban” milenial. Dakwah membutuhkan data dan piranti digital yang terus menerus dan menyeruak di tengah belantara hoaks. Data dan piranti itu membutuhkan orang-orang kreatif yang mau dan mampu menangkap gelaja zaman digital.

Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita hanya mengenal dalam bentuk klasik; penolakan, cibiran, cacian, bahkan teror. Banyak para da’i mampu mengatasi dengan baik karena didukung oleh niat yang kuat sebagai seorang pejuang. Para kader dakwah harus memiliki karakter yang kuat agar bisa menyikapi berbagai tantangan tersebut dengan tegar. Harus menggunakan cara strategis dalam menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT. Salah satu aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan prasarana yakni media dakwah, karena dakwah merupakan kegiatan yang bersifat universal yang menjangkau semua segi kehidupan manusia, maka dalam penyampaiannya pun harus dapat menyentuh semua lapisan. Yang terpenting disini adalah bagaimana tantangan dakwah dan problematika tersebut dapat segera diatasi dan dicari solusi jalan keluarnya sehingga kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan