Penulis : Ika Novitasari dan Salsabila Najmi Nuha

Pada era masyarakat milenial seperti sekarang, penggunaan internet sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi kebanyakan orang dari berbagai tingkatan usia dan lapisan masyarakat. Banyak sekali hal yang dapat di akses dengan internet, salah satunya sosial media. Sosial media sendiri memiliki banyak sekali ragam di dalammnya, dengan didukung fitur – fitur tambahan yang semakin menambah daya tarik pengguna. Tentunya sudah tidak terhitung berapa banyak jumlah pengguna sosial media, serta berapa jam akses yang telah dilakukan setiap harinya.

YouTube, Instagram, Facebook, TikTok, WhatsApp, Telegram merupakan jenis sosial media yang banyak digunakan oleh pengguna di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, 64 % penduduknya sudah memakai internet (akhir Januari 2020). Penggunaannya diantara lain untuk hiburan, mencari informasi, sarana berkomunikasi, ajang untuk mengekspresikan diri dan bahkan untuk mendukung kegiatan kerohanian.

Dakwah, salah satu dari banyak sekali kegiatan kerohanian yang telah diketahui oleh kebanyakan masyarakat. Bahkan tak hanya orang muslim saja yang telah mengetahuinya, non-muslim pun mungkin juga telah mengetahuinya. Beberapa dari kita, lebih memilih menghadiri kegiatan dakwah secara langsung, daripada kita hanya melihatnya secara virtual. Karena menurutnya “barokah” yang akan didapat pun akan semakin besar pula, karena perjalanan kita menuju tempat tersebut pasti akan dicatat pahala oleh-Nya. 

Kita sebagai umat Islam pasti pernah beberapa kali mengahadiri majelis taklim, seperti kajian islam, shalawat Nabi, Mushabaqoh Syar’il Qur’an untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri. Ketika seseorang ingin menghadiri majelis taklim maka seseorang itu harus pergi ke tempat tersebut. Namun saat ini bersamaan dengan semakin berkembangnya teknologi memungkinkan seseorang dapat mengikuti majelis taklim cukup dengan mengaksesnya melalui internet. 

Saat ini banyak sosial media yang dapat digunakaan untuk menyampaikan dakwah. Mulai dari blog, radio, podcast, hingga video. Bahkan ketika kita ingin mencoba membagi sesuatu kepada publik, kita juga bebas melakukannya karena cara aksesnya yang memudahkan semua pengguna. Cukup dengan menjaga kestabilan jaringan internet, kita bisa mengaksesnya kapanpun dan dimanapun tanpa batas. Kita juga bisa memilih kajian dakwah dengan bentuk tulisan, audio, visual, maupun audio visual.

Muslim.or.id” merupakan salah satu contoh dakwah melalui tulisan. Didalamnya memuat berbagai informasi yang dapat memperkaya pengetahuan tentang islam.

Kemudian “Dakwah on Podcast” salah satu contoh dakwah audio, yang bisa diakses malalui aplikasi Spotify. Kita bisa memilih kajian apa yang ingin kita dengarkan, dan siapa yang mengkaji dari beberapa pilihan yang ada. 

“Muslim Designer Community”, adalah salah satu contoh komunitas yang menyampaikan dakwah memalui media visual yang beranggapan “dakwah tak harus ceramah”. Namun melalui visual dengan desain yang  simple pun sudah dapat memberikan pesan Islami yang terkandung di dalamnya. 

Salah satu sarana dakwah yang memuat audio visual adalah YouTube.  Seperti channel YouTube milik “Ustadz Abdul Somad Official”, dimana beliau merupakan salah satu pendakwah dan ulama Indonesia yang seringkali mengulas kajian islam, khususnya ilmu hadits dan ilmu fiqih.  Kemudian ada juga dakwah melalui Instagram, dimana menurut kami pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima di masyarakat karena durasi yang singkat dan dengan tampilan yang menarik sehingga akan lebih bermakna di hati para penonton. 

Itulah beberapa contoh jenis sosial media yang digunakan sebagai sarana dakwah. Konten yang dimuat dalam tulisan, audio, visual, dan audiovisual di atas memiliki beberapa nilai plus dan kesamaan diantaranya yakni dapat diakses secara fleksibel. Jika kita menghadiri majelis taklim atau pengajian kita hanya dapat mengikutinya pada waktu dan tema yang sudah ditentukan serta tidak ada pengulangan. Namun ketika kita mengaksesya di internet, kita dapat berulang kali mengakses konten tersebut dengan waktu yang tidak terbatas. 

Selain memiliki kelebihan, menggunakan sosial media sebagai sarana dakwah juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya yaitu tidak semua orang mengetahui cara menggunakan sosial media, terutama kaum lansia. Hal ini terjadi karena kurangnya kecakapan dalam menggunakan internet atau sering disebut dengan istilah GAPTEK (Gagap Teknologi).

Dewasa ini dakwah memasuki fase dimana semakin mudah di akses atau dinikmati oleh berbagai kalangan disetiap daerah. Merebaknya mindset dakwah itu membosankan, membuat dakwah minim diminati oleh kalangan muda merujuk milenial yang tidak memiliki background santri atau pendidikan islam lainnya. Dengan berbagai macam jenis dakwah yang semakin berkembang saat ini, tentu saja dapat mematahkan hal tersebut. Karena, sejatinya dakwah itu tidak hanya dengan berbicara panjang lebar di depan khalayak, tetapi menuliskan caption, membuat quotes pada laman sosmed pun bisa dikatakan dakwah. memberitahu, mengajak, dan membimbing ke dalam hal baik adalah tujuan dakwah.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan