Oleh: Isna Istighfarin

 

Ngomongin usia, sepertinya usia 20- an adalah usia yang bisa dikatakan usia paling “kampret” dalam hidup. Peralihan dari masa remaja ke dewasa awal inilah kita akan dihadapkan dengan situasi bernama quarter life crisis. Yap, di usia ini pikiran- pikiran negatif seputar sub bab hidup mulai bermunculan tak terkendali.

Masa depan, karir, relasi, percintaan dan kehidupan sosial. Kekhawatiran dan kegalauan akan ketidakpastian membuat hidup di usia 20-an terasa sangat amat berat dan pedih. Minder, insecure, dan perasaan tak berguna menjadi satu dalam keseharian saat melihat teman satu langkah didepan kita. Melihat teman lolos tes CPNS, insecure. Melihat saudara lebih pintar, minder. Dan merasa paling tak berguna karena masih menjadi beban keluarga. So sad.

“Sebenarnya tujuanku hidup itu apa to?”, “apa saja pencapaianku selama ini?”, “kok hidupku gini-gini aja ya?”, “kapan ya aku bisa sukses kayak dia?” dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan liar berseliweran di dalam kepala yang tak pernah berhenti mengejolakan batin. Begitulah kiranya yang dirasakan para dewasa awal di quarter life crisisnya..

Belum usai pikiran-pikiran negatif menyapa, terkadang orang- orang sekitar yang amat sangat menjengkelkan pun muncul. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibir mereka seakan-akan tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan kita. Menanyakan hal-hal yang bahkan kita sendiri pun tidak pernah tau pastinya. “Kapan wisuda?, “kapan nikah?”, “habis kuliah kerja apa nikah?”. Aihhh amat sangat menjengkelan memang.

Tapi semenjengkelkannya pertanyaan-pertanyaan orang sekitar, jauh di lubuk hati, sebenarnya kita juga sering bertanya pada diri sendiri mengenai hal-hal itu. Rasa takut dan bimbang selalu muncul saat mencoba bertanya pada diri sendiri. Takut jika semua yang kita lakukan di masa kini tak akan membuahkan hasil di masa depan. Bimbang untuk mengambil langkah mana agar di masa depan tak menyesal. Ujung-ujungnya selalu muncul rasa ragu pada diri sendiri. Padahal rasa ragu pada diri sendiri adalah sebuah kesalahan besar. Justru quarter life crisis inilah momen yang tepat untuk kita mengenal lebih jauh diri kita masing-masing. Mencoba bertanya sebanyak mungkin apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir diri kita tanpa adanya rasa takut dan bimbang.

Pada tahap inilah kita harus menanamkan pada diri kita bahwa jalan setiap orang itu berbeda. Selama hidup, kita akan terus dihadapkan dengan pencapaian-pencapaian orang lain yang sudah melangkah lebih jauh. Dengan menikmati segala proses quarter life crisis ini dengan positif, kita akan paham. Paham bahwa langkah setiap orang berbeda. Secepat apapun kita mengejar jika jalan kita berbeda tetap tidak akan pernah berakhir sama.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan