Oleh: Septia Rachmasari

Editor : Izam Rafi Kanafi

 

Pakaian merupakan salah satu bagian penting yang harus dimiliki oleh setiap individu, bukan hanya sekedar kain yang dililit untuk menutupi tubuh namun pakaian juga memiliki makna dan cerminan dari sang pemakai. Belakangan ini dikalangan generasi milenial sedang marak pemakaian pakaian syar’i yang dimodel sesuai dengan gaya anak muda agar lebih terlihat fashionable. Mulai dari hijab, baju, rok atau celana semua diperhatikan dengan sangat baik untuk outfit pergi kuliah atau hanya sekedar hangout dengan teman. 

Belakangan ini kata hijrah sering sekali dibicarakan dikalangan remaja maupun orang tua. Banyak dari kalangan remaja yang memulai hijrahnya dengan mengubah penampilan, dari yang terbuka menjadi tertutup dan dari yang ketat menjadi longgar. Bukan tanpa alasan memulai hijrah dimulai dari pakaian, karena Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur Ayat 31 

 

وَقُلْ لِّـلۡمُؤۡمِنٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَا‌ وَلۡيَـضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوۡبِهِنَّ‌ۖ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اٰبَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوۡ نِسَآٮِٕهِنَّ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيۡنَ غَيۡرِ اُولِى الۡاِرۡبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يَظۡهَرُوۡا عَلٰى عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ‌ۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِهِنَّ لِيُـعۡلَمَ مَا يُخۡفِيۡنَ مِنۡ زِيۡنَتِهِنَّ‌ ؕ وَتُوۡبُوۡۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيۡعًا اَيُّهَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ

 

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An- Nur  Ayat 31)

 

Penyebaran dakwah melalui pakaian jika dilihat memang terasa biasa saja, bahkan sebagian orang hanya melihat bahwa pakaian yang mereka kenakan hanya sebagai penutup saja. Dibalik pakaian tersebut tersimpan pesan tersirat yang disampaikan. Gamis misalnya, bukan pakaian budaya asli Indonesia namun keagungan yang ditampakkan dari pemakai gamis akan dipandang lebih. Tren pakaian syar’i dikalangan generasi milenial juga sebagai bentuk dakwah, dimana dalam satu kelompok pertemanan pasti akan terpengaruh untuk ikut memakai dan mengikuti hal baru yang dipakai oleh seseorang dikelompok pertemanan tersebut. 

Dakwah tidak harus selalu dengan menyuarakan pengetahuan atau ilmu yang dimiliki saja, namun dapat melalui pesan-pesan yang disampaikan dengan baik. Dakwah menggunakan pakaian syar’i dikalangan generasi milenial dapat dilakukan dengan cara memodifikasi pakaian syar’i agar sesuai dengan usia dan aktivitas generasi milenial yang cenderung aktif. Dengan menonjolkan sisi dakwah menggunakan media pakaian kita sudah melaksanakan salah satu tujuan dakwah yakni amar ma’ruf dengan mendorong manusia agar mau menerima ajaran agama Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan nahi munkar untuk perlahan-lahan meninggalkan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Poin yang terpenting adalah bahwa generasi milenial tidak mau dengan hal-hal yang berbau memaksa, untuk mensyiarkan dakwah kita harus perlahan dan sabar. Firman Allah SWT QS. Al-Ahqaf Ayat 35

 

فَاصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ اُولُوا الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسۡتَعۡجِلْ لَّهُمۡ‌ؕ كَاَنَّهُمۡ يَوۡمَ يَرَوۡنَ مَا يُوۡعَدُوۡنَۙ لَمۡ يَلۡبَثُوۡۤا اِلَّا سَاعَةً مِّنۡ نَّهَارٍ ‌ؕ بَلٰغٌ ۚ فَهَلۡ يُهۡلَكُ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡفٰسِقُوۡنَ

 

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah.” (Qs. Al-Ahqaf Ayat 35)

Demikiam penjabaran secara singkat bagaimana semua kehendak yang akan kita lakukan perlu menjadi renungan dan jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi karena tidak menurut terhadap perintah Allah SWT.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan