Oleh : Cahya Safira Aini

Muhammad Al-Syaukani (1759-1834M) adalah seorang ulama besar , Qadhi (hakim), ahli fikih, dan mujaddid (pembaharu/reformis) dari Yaman. Julukannya adalah Imam Al-Syaukani yang dinisbahkan kepada wilayah Hijratusy Syaukan, yang berada di luar kota Shan’a.  Dalam jarak waktu kurang lebih 78 tahun Al-Syaukani telah menciptakan banyak karya yang brilian. Tafsir Fath al Qadir adalah salah satu karya Al-Syaukani yang cukup pupuler. 

Biografi Imam Al-Syaukani 

Al-Syaukani memiliki nama lengkap Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad Ibn ‘Abdullah Ibn al-Hasan Ibn Muhammad Ibn Shalah Ibn ‘Ali Ibn ‘Abdullah al-Syaukani, al-Khaulany, al-Shan’any (Abu Abdillah). Beliau dilahirkan pada hari Senin 27 Dzu al-Qad’ah 1173 H/1759 M di desa Hijratun Syaukan, Yaman Utara, dan wafat di San’a pada hari Rabu 27 Jumadil akhir 1250 H/1834 M, di pemakaman Khuz’ah, kota San’a.  Ayahnya, ‘Ali Al-Syaukani adalah ulama yang terkenal di San’a Yaman. Beliau bertahun-tahun dipercaya oleh pemerintahan imam-imam Qasimiyah, tepatnya pada masa Khalifah al-Imam al-Mahdi al-Abbas ibn Husain di wilayah Khaulan, al-Qasimiyah adalah sebuah dinasti Zaidiyyah di Yaman, untuk menjabat sebagai Qadhi (Hakim Agung). Bukan hanya kecerdasan dan kemauan, tapi juga atas dukungan dari ayah dan lingkungan yang baik, Al-Syaukani mampu memberikan perhatian lebih terhadap ilmu agama. 

Pada masa kecilnya, Al-Syaukani belajar tentang Al-Qur’an kepada beberapa guru. Berkat ketekunan dan keseriusan dalam belajar, dalam waktu yang relatif singkat Al-Syaukani mampu menguasai bacaan Al-Qur’an dengan fasih. 

Kekuatan hafalan Al-Syaukani terbilang sangat kuat, hal ini sudah terbukti pada saat beliau menghafalkan beberapa mukhtashar dalam berbagai bidang ilmu sehingga dengan cepat memahami disiplin ilmu lain. Beliau juga mempelajari buku-buku sejarah dan karya sastra. Dari penguasaan ilmu sastra ini, maka tidak heran kalau Al-Syaukani ketika dewasa sudah mampu menguasai berbagai Keislaman seperti fiqh, hadist, tafsir, Ushul fiqh, ilmu logika, dan lain-lain.

Perjalanan intelektual Imam Al-Syaukani 

Imam Al-Syaukani di besarkan oleh kedua orang tua yang Sholeh. Kehidupan Al-Syaukani dari segi ekonomi, beliau termasuk dari golongan keluarga yang cukup mampu. Jabatan al Qadli yang disandang ayahnya adalah jabatan tinggi dalam negara yang secara otomatis dalam ekonomi keluarga sangat menentukan. Kemapanan ekonominya membawa berkah kepada keluarganya. Salah satunya yaitu perpustakaan pribadi dengan beberapa koleksi buku bacaan yang cukup banyak. Di perpustakaan itulah Al-Syaukani menghabiskan waktu kecilnya sehari-hari. Bahkan beliau mampu menghafal ringkasan-ringkasan buku yang di koleksi oleh orang tuanya.  

Dalam perjalanan belajarnya, ia telah berhasil menempuh berbagai ilmu dengan beberapa guru yang memiliki potensi di bidangnya. Namun dari beberapa guru yang telah mengisi kemampuan intelektualnya, ada beberapa guru yang berpengaruh dalam kehidupan pemikirannya. Seperti guru al Qashim Inn yahya Al Khaulani, Abd Qadir ibn Ahmad al Kaukabani, Abdullah ibn Ismail al Nahmi dan al Hasan ibn Isma’il  al maghiribi. Sebegitu kuat kemauan untuk menimba ilmu sampai-sampai dalam sehari semalam beliau mampu mengikuti 13 mata pelajaran. Di samping beliau belajar secara formal dan informal, beliau juga belajar secara otodidak diantaranya adalah belajar matematika, ilmu pengetahuan alam, astronomi, dan lain-lain. 

Dengan pengetahuan Imam Al-Syaukani yang begitu luas, banyak ulama yang belajar kepada beliau, di antaranya ialah tak lain anak kandungnya sendiri, ‘Ali bin Muhammad al-Syaukani, Husain bin Muhsin al-Sabi’i al-Anshari al-Yamani, Muhammad bin Hasan al-Sajni al-Zamari, dan lain-lain

Selain beliau menguasai ilmu pengetahuan yang sangat luas, beliau juga sangat menguasai dan memahami Mazhab Syi’ah Zaidiyyah. Imam Al-Syaukani dikatakan sangat lekat dengan Mazdhab Zaidiyyah karena kehidupan keluarganya yang bermazhab Zaidiyyah. Hal ini membawa pengaruh yang sangat signifikan dalam pemikirannya. Al-Syaukani telah menguasai beberapa fiqh madzhab Zaidiyyah, seperti kitab Azhar. Kecintaannya terhadap ilmu tidak menutup kesempurnaan untuk membatasi diri dengan kajian-kajian kitab madzhab Zaidiyyah. Akan tetapi Al-Syaukani juga banyak mempelajari kitab-kitab yang bermazhab Syafi’i, seperti kitab Jam’ul Jawami karya Din Al Mahali, Bulughul marom, Fath al Bary Syarh Shahih al Buhkari. 

Selain menulis karya tentang mazhab Syi’ah Zaidiyyah beliau juga menfatwakannya, kemudian beliau melepaskan diri dari taklid dan mandiri dalam berijtihad. Untuk itu beliau menulis sebuah risalah yang disebutnya dengan Al-Mufud fi Adillat al-Ijtjhad wa al-Taqlid. Karena kitab inilah sekelompok ulama yang mengikuti taqlid dan para Mujtahid, mengancam dan merongrongnya sehingga fitnah menyebar di San’a. Beliau mengikuti akidah kaum salaf. Sifat-sifat Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah tidak ditaqwil atau diubahnya. Sebab itu beliau menulis risalah Iltahafa bi Madzhab al-salaf. 

Karya-karya Imam Al-Syaukani

Adapun dimasa hidupnya selain menulis kitab Fath Al Qadir, beliau juga menulis kitab-kitab lainnya: 

  1. Al-Fawida al-Majmu’ah  al-Abadist al-Maudlu’ah
  2. Al-Badr al-Thali’ Bi Mahasin Man Ba’da al-Qarn al-Sabi’
  3. Tuhfat al-Dzakirin Syarh ‘Iddati al-Hishm al-Hashin
  4. Nayll Al-Authar Syarh Muntaqa al-akhbar
  5. Irsyad al-fathila tahqiq min ‘Ilm al-Ushul
  6. Qatru al-waili ‘ala Hadist al-Wali  yang telah di tahqiq oleh Ibrahim Hilal
  7. Al-Dawa’ al-Ajil fi Daf’i al-Aduww al-Sha’il
  8. Al-Darary al-Maudhu’a fi Syarh al-Darary al-Bahiyyah
  9. Al-Sa’il al-jarrar al-mutadaffaq ‘ala Hada’iq al-Azhar
  10. Fath al-Qadir al-Jami’ baina Fannaiy al-Riwayah wa al-Dirayah min Ilmi al-Tafsir

Karya-karya tersebut memberikan kesimpulan bahwasanya Imam Al-Syaukani merupakan tokoh ulama’ Mufassir awal Kontemporer yang ahli dalam bidang kajian hukum Islam.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan