Oleh Nurul Isnaini, Mella Dwi Anggara Putri, dan Andiko Rifki Setiawan

Menurut penuturan Prof Dr. Hamka dakwah merupakan seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar. Di dalam pelaksanaannya media berperan penting dalam penyampaian suatu pesan dari subjek dakwah / da’i kepada objek dakwah atau mad’u. 

Perkembangan teknologi yang begitu pesat, membawa kita ke zaman yang memberi kemudahan untuk mengakses segala informasi secara cepat. Sekarang semua orang bisa dengan mudah untuk menyampaikan maupun menerima informasi tanpa terhalang jarak dan waktu. Di era yang serba digital ini juga dimanfaatkan sebagian pendakwah untuk menyebarkan pesan dakwah melalui media sosial dengan sasaran kaum milenial. Jumlah penduduk Indonesia sendiri ada 251 juta: 38 juta nya adalah pengguna internet, 62 juta nya adalah pengguna Facebook aktif, dan 281 juta yang mengikuti (subscription) akun-akun. Mereka yang aktif menggunakan internet juga memiliki akun di media sosial: 93% Facebook, 80% Twitter, 74% Google+, 39% Linkedin, dan 32% Instagram. 

Berdakwah menggunakan New Media merupakan tantangan tersendiri bagi pendakwah atau mubaligh untuk melek teknologi, bagaimana seorang pendakwah mampu menguasai penggunaan teknologi. Selain memiliki tantangan dalam berdakwah menggunakan media digital, adapula peluang dari berdakwah menggunakan media digital yakni mubaligh dan mad’u memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin pesat, karena pengguna internet semakin bertambah di setiap tahunnya. Pesan dakwah para pendakwah dapat diakses melalui media digital dimanapun dan kapanpun tanpa ada halangan jarak dan waktu.

Berdakwah dengan menggunakan media digital juga sesuai dengan fungsi dari media massa yakni Transmission Of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) yang merupakan fungsi sosialisasi cara individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Salah satu tokoh pendakwah yang memanfaatkan media massa sebagai media dakwah adalah Habib Husein Ja’far Al Hadar. Dia berdakwah dengan memanfaatkan kecanggihan media sosial, seperti YouTube, Instagram dan Twitter sehingga Habib Husein seakan punya ruang tersendiri di hati anak-anak muda.

Sejak tahun 2018 beliau memulai dakwah digitalnya pada channel YouTube yang di beri nama “Jeda Nulis”. Dalam channel YouTube nya berisi kajian-kajian soal ke-Islaman. Pada unggahan video pertamanya 4 Mei 2018 itu ia menggunakan judul “Menjadi Muslim Moderat itu Bagaimana sih?” yang hingga kini sudah ditonton lebih dari 27 ribu kali dan memiliki 434 ribu subscriber. Unggahan – unggahan video di kanal YouTube nya mendapat respond positif dari para viewernya.

Awal kemunculannya berdakwah di dunia digital dilatarbelakangi oleh fenomena media sosial baik itu YouTube, Twitter, Facebook yang dipenuhi dengan narasi-narasi negatif. Baik yang bernuansa agama maupun tidak. Habib muda yang satu ini hadir dengan penuh citra kedamaian yang membuat setiap insan terhenyuh mendengar dakwahnya. Tuturnya santun, tidak lantang, tidak juga meledak-ledak namun diselingi dengan gaya bahasa santai kekinian khas anak muda. Habib Husein ini dikenal sebagai da’i yang mengusung prinsip Islam cinta. Alih-alih berdakwah dengan lantunan ayat Alquran dan hadis, Husein lebih sering berdakwah melalui canda dan nada.

Lelaki yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, 30 tahun yang lalu itu memiliki gaya pakaiannya tersendiri saat berdakwah. Tak ada jubah yang melekat di badannya, Ia lebih sering mengenakan baju koko dengan setelan celana panjang. Habib Husein juga merupakan seorang penulis buku dan penulis di media massa dengan tema-tema keislaman. Video-video tersebut diproduksi di sela-sela aktivitas menulisnya. Karena saat ini khususnya generasi millenial, penyampaian melalui video lebih diminati. Dan dengan media visual beliau lebih leluasa dalam mengekspresikan ide tulisannya. 

Selain Habib Husein Ja’far Al Hadar, adapula nama Husain Ba Syaiban seorang pemuda asal madura yang aktif sebagai Kreator TikTok dengan muatan dakwah Islam. Lelaki kelahiran tahun 1999 ini disukai banyak netizen sebab wawasannya luas dan wajahnya yang tampan tentunya. Habib Husein juga pernah mengundang Husain Ba Syaiban untuk berkolaborasi di channel YouTube nya. Dalam konten tersebut Ia turut mengundang Kreator TikTok Raihan Habib yang juga penggiat TikTok berkonten agama.  TikTok sendiri masuk di Indonesia pada tahun 2017 dan berdasarkan laporan Priori Data hingga Juni 2020, jumlah pengguna TikTok via aplikasi android dan IOS di tanah air mencapai 30,7 juta jiwa. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk menyebarkan dakwah Islam secara masif melalui media digital. 

“Kita harus mau menjadi populer dan mau menjadi kreatif. Kalau medsos dan YouTube diisi oleh mereka yang tidak mampu tapi mau, ini akan menjadi kecelakaan bagi umat dan diri mereka sendiri. Kalau mereka tidak punya ilmu agama yang cukup maka dakwah akan menjadi nafsu bagi dia. Sehingga dakwah dibuat untuk memperkaya diri, menyebarkan nilai politis, dan jadi kacau akhirnya” terangnya saat mengisi tausiah pada Komunitas Musisi Mengaji (Komuji). Pada dasarnya media diciptakan untuk mempermudah kehidupan manusia. Kecanggihan teknologi jika dimanfaatkan dengan bijak, akan membawa dampak yang positif pula terhadap khalayak yang menerimanya. (PT. Reportase A kelompok 2)

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan