Oleh: Muhammad Nuril Anwar

 

Seperti yang sudah kita semua ketahui penutupan lokalisasi di berbagai daerah ternyata tidak otomatis menghentikan praktik prostitusi di masyarakat. Di Kediri dan Surabaya, misalnya. Setelah kompleks lokalisasi Dolly yang terkenal itu ditutup, ternyata sebagai gantinya kini marak praktik prostitusi lewat aplikasi chatting seperti Line, WhatsApp, MiChat, hingga aplikasi livechat yang skalanya lebih eksklusif.

Jika dibandingkan dengan praktik prostitusi di lokalisasi atau pemasaran jasa layanan seksual lewat media sosial yang sifatnya lebih terbuka, prostitusi via aplikasi chatting bersifat lebih terbatas, semi tertutup, dengan pelanggan-pelanggan tertentu yang tergabung khusus dalam sebuah aplikasi.

Jasa layanan yang ditawarkan di aplikasi online yang terbatas tersebut bukan melulu layanan hubungan seksual, tetapi bisa pula layanan chat sex atau video call sex sesuai dengan permintaan pelanggan. Seperti praktik prostitusi konvensional, di dunia maya, primadona prostitusi via chatting tersebut umumnya adalah anak-anak perempuan, baik itu grey chicken (pelajar) maupun ’’ayam kampus’’ (mahasiswa) yang dijajakan sebagai layanan unggulan dengan tarif tinggi dan menguntungkan germo atau mucikari yang mengelolanya.

Sementara itu, perbedaan antara prostitusi di lokalisasi dan prostitusi di dunia maya, pada prostitusi konvensional, para pelacur dijajakan dari balik kaca etalase dan dijajar layaknya barang dagangan atau biasanya para pelacur menawarkan diri di depan rumah kepada pelanggan. Namun, pada era masyarakat postmodern seperti sekarang ini, para pelacur biasanya dijajakan dalam format digital, melalui foto-foto yang diunggah di dunia maya, dengan pose-pose yang menarik tak beda dengan artis atau selebriti yang terkenal.

Setelah kompleks lokalisasi ditutup paksa, banyak pihak yang sebetulnya berharap hal itu sekaligus otomatis akan menutup praktik prostitusi yang berkembang di masyarakat. Tetapi, kalau melihat pengalaman di berbagai kota besar, penutupan paksa sejumlah lokalisasi ternyata tidak menjamin praktik prostitusi otomatis ikut mati. Ketika di masyarakat penggunaan gadget makin luas dan komunikasi yang berkembang tidak lagi harus tatap muka langsung, yang terjadi kemudian, strategi pemasaran yang berkembang di dunia prostitusi pun pelan-pelan ikut berubah.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab makin maraknya prostitusi online belakangan ini. Pertama, konsumen atau pelanggan yang memanfaatkan jasa prostitusi online kini telah berubah. Laki-laki iseng yang membooking perempuan yang ditawarkan di dunia maya bukanlah generasi lama yang gaptek, melainkan generasi digital yang melek teknologi informasi, internet, dan media sosial atau bisa kita katakan generasi milenial. Karena itu, untuk menggaet pasar yang berubah tersebut, strategi pemasaran pun harus ikut-ikutan berubah. Menawarkan jasa layanan seksual melalui media sosial atau aplikasi chatting merupakan konsekuensi perkembangan zaman yang tidak bisa ditolak.

 

Selanjutnya, karena tawaran jasa layanan seksual lewat aplikasi chatting bersifat lebih personal dan eksklusif, para pengguna yang memanfaatkan fasilitas itu merasa aman dari risiko menjadi sorotan publik. Hal itu berbeda dengan aktivitas ketika “jalan” ke lokalisasi yang berisiko membuat pelanggan bertemu dengan berbagai orang tanpa mereka bisa mengontrol dan mengenali siapa saja yang berada di kompleks lokalisasi. Dengan membooking pelacur via aplikasi chatting, setidaknya konsumen merasa identitas dan kelakuannya tidak akan diketahui khalayak luas.

Selanjutnya karena memanfaatkan gadget dan internet sebagai media untuk memasarkan jasa layanan seksual yang dikelolanya, para germo, mucikari, dan pelacur itu lebih leluasa memasarkan jasa mereka tanpa bisa dibatasi ruang dan waktu dan ditambah lagi jika kita melihat situasi pandemi seperti ini, mencari uang dan pekerjaan itu susah dan banyak dari mereka tidak mempunyai pekerjaan sehingga mereka melakukan pekerjaan seperti ini yang dijadikan jalan terakhir untuk menghidupi kebutuhannya.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan