Oleh : Revika Wulandari

Dunia media sosial Twitter, beberapa hari yang lalu sedang ramai dengan perbincangan mengenai isu babi ngepet. Topik yang satu ini trending juga di seluruh media sosial namun Twitter yang menjadi awal mulanya berita ini menjadi hangat dibicarakan hingga ada beberapa akun yang membuat Thread untuk menjelaskan atau membicarakan tentang bagiamana detail kejadian dari trendingnya hastag babi ngepet tersebut.

Pada intinya terdapat seorang ibu-ibu yang bernama Ibu Wati, mendadak viral karena ia menuding bahwa tetangganya jadi babi ngepet demi mendapatkan uang setiap harinya.  Ia mengungkapkan bahwa tetangganya tersebut nampak menganggur, tetapi memiliki uang banyak, begitu tuding Ibu Wati dalam video yang sempat viral di jagat maya Twitter. Dari video yang diunggah tersebut, banyak yang berkomentar, mengungkapkan sikap geramnya kepada seseorang yang berada di dalam video tersebut.

Jadi pada konteksnya, Bu Wati ini mungkin iri dengan tetangganya yang selama ini hanya menganggur di rumah saja namun memiliki uang yang melimpah. Wajar saja bila beliau merasa curiga dan ada kejanggalan pada tetangganya ini. Namun tidak seharusnya ia membuat asumsi sendiri yang kemudian dibeberkan kepada publik tanpa mencari tahu kebenarannya. Masalah seperti ini memang sering terjadi, dan seharusnya Ibu Wati mengonsumsi sendiri saja berita tersebut, apalagi masih belum jelas kevalidannya.

Tindakan Ibu Wati dengan menyebarkan video bahwa tetangganya tersebut jadi babi ngepet kepada banyak orang hingga tersebar luas tersebut tentunya menjadi perbincangan para netizen, hal ini karena dinilai meresahkan orang-orang yang memang nampak jadi pengangguran dirumah saja namun pada kenyataannya mereka sedang melakukan suatu pekerjaan dari rumah. Kita tidak tahu bagaimana lelahnya seseorang melakukan suatu pekerjaan dari rumah. 

Orang-orang yang melakukan pekerjaan dari rumah tersebut tidak sempat dan tidak perlu memberitahu yang lain bahwa mereka sedang sibuk, mereka sedang bekerja, mereka sedang punya usaha, mereka sedang bersusah payah ataupun yang sejenisnya. Banyak yang tidak memahami hal tersebut, karena mereka sibuk mencari kesalahan, bukan kebaikan. Apalagi yang diperbincangkan tersebut orangnya memiliki apa yang tidak kita miliki. Tentunya kita dengan fasih membicarakannya di belakang.

Padahal dengan tindakan membicarakan keburukan seseorang tersebut di dalam agama jelas tidak dibenarkan dan tidak baik untuk dilakukan. Sedangkan bila dilihat berdasarkan ilmu psikologi, jelas sekali bahwa kita memiliki sifat iri kepada seseorang yang berada selangkah di atas kita. Banyak sekali kejadian seperti itu di kehidupan bermasyarakat ini, namun beberapa orang mengungkapkannya dengan cara yang berbeda-beda.  

Untuk mencapai suatu keberhasilan dan tujuan yang diinginkan tersebut, tentunya banyak yang harus diperjuangkan, banyak yang harus direlakan, dan banyak yang harus dilakukan. Orang-orang yang tidak mengerti ataupun memahami hal tersebut pasti berpikir bahwa apa yang diperoleh tersebut instan, padahal banyak sekali rintangan yang harus dilewati, bahwa proses yang harus dijalani tidak semudah yang mereka pikirkan, apalagi hanya sekedar tahu bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan tersebut terlihat mudah bila dipandang padahal riwuh dipikiran. Dan yang terakhir, mereka hanya mengetahui, tidak memahami.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan