Oleh : Bunga Yasmin Aninda

     Menurut Ensiklopedia Islam, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam selepas Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun ke-2 Hijiriyah.  Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy. Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. 

           Fitri berasal dari kata fathara – yafthuru – fithran yang artinya makan atau minum. Makna Idul Fitri (hari kembali berbuka) adalah hari ketika umat Islam sudah boleh kembali makan dan minum setelah tidak makan dan minum di pagi hari selama bulan Ramadhan.  Dari sinilah lahirnya ungkapan “Minal ‘Aidin wal Faizin” yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj ‘alna minal ‘aidin walfaizin — Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.

           Diberi nama id (hari raya) karena Allah SWT pada hari id itu memberikan berbagai ihsan kepada hamba-hamba-Nya pada setiap tahun. Di antaranya, di bolehkannya makan di siang hari setelah dilarang untuk makan di siang hari selama bulan Ramahdan, dan diperintahkan untuk menunaikan zakat fitrah. karena biasanya, hari raya itu penuh dengan kebahagiaan, kesenangan dan berbagai aktivitas. Sementara keceriaannya kebanyakan terjadi karena sebab itu. Asal makna kata id sendiri secara bahasa adalah kembali, yaitu kembali dan berulangnya kebahagiaan setiap tahun.

            Lebaran adalah perayaan terbesar di Indonesia yang dijalani dengan penuh keceriaan. Namun, situasi pandemi ini memaksa kita untuk mengubah tradisi-tradisi yang selama ini kita jalani. Kasus baru Covid-19 telah mengalami penurunan dan sebagian sudah disuntik vaksin, namun kewaspadaan tidak boleh diturunkan.Coba kita ingat-ingat kembali pelaksanaan puasa Ramadhan dan dan lebaran kali ini. Rasanya puasa tahun ini berjalan begitu cepat. Nuansa sakralnya menjadi hilang. Tidak ada buka bersama, tadarus bersama, dan acara-acara religius sebagaimana ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya. Lebaran begitu juga. Semuanya berlangsung dalam suasana yang benar-benar berbeda. Tidak ada saling kunjung. Pintu-pintu rumah tertutup rapat. Gang juga ditutup. Sebuah suasana yang sungguh memilukan tetapi memang harus dijalani dengan penuh penghayatan.

           Tidak terasa bulan suci ramadhan akan berakhir, sudah 1 bulan kami umat muslim menjalankan ibadah puasa. Sebentar lagi akan datang hari raya idul fitri, dimana yang sedang ditunggu-tunggu oleh semua umat muslim. Hari raya idul fitri nuansa nya masih sama dengan lebaran tahun kemarin, sepi karena masih dalam pandemi. Selain itu larangan mudik dan juga banyak jalanan yang di portal. Walaupun kondisi hari raya idul fitri sama dengan yang kemarin, tetapi lebaran tahun ini sudah mulai ramai orang bersejarah ke rumah tetangga dan saudaranya. Berbeda dengan tahun kemarin, dimana masyarakat sangat takut dengan covid -19 yang baru saja masuk ke Indonesia. Berdasarkan fakta yang ada, banyak orang yang masih nekat mudik untuk melepas rindu dengan saudara dan keluarga. Mereka nekat pulang kampung demi bisa bertemu dengan keluarga tanpa memedulikan kesehatan mereka dan keluarga. Sebenarnya pemerintah sudah melarang masyarakatnya untuk mudik, tetapi mereka tetap saja.

            Bagi Indonesia sendiri, budaya mudik yang kerap dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri pun kini telah dilarang pemerintah. Karena dikhawatirkan bisa menimbulkan persoalan ketika jutaan orang secara bersamaan melakukan mudik. Seperti dikektahui, kebijakan larangan mudik tengah berjalan yang dimulai pada 6 Mei hingga 17 Mei mendatang. Hal ini guna menekan peningkatan kasus baru Covid-19 di Tanah Air. Idul Fitri menjadi telah menjadi momen perayaan terbesar di Indonesia. Berbagai prosesi ibadah dan pertemuan dengan intensitas yang tinggi ini menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan kasus Covid-19, karena itu pemerintah melarang mudik dengan melakukan penyekatan di berbagai tempat yang biasanya menjadi jalur transportasi pemudik. Kekhawatiran ini beralasan setelah melihat perayaan agama di India yang kemudian menimbulkan tsunami Covid-19 yang membuat pemerintah India sampai kewalahan mengatasinya.

            Demi bertemu dengan keluarga di kampung, banyak pemudik memilih untuk melanggar aturan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Usaha pemerintah dalam meminimalisir penyebaran virus covid dimasa lebaran 2021 Berupa penyekatan disetiap perbatasan daerah – daerah, namun hal ini tidak berjalan maksimal, pemudik memiliki cara dan trik untuk mengatasi aturan pemerintah. Beragam cara yang dilakukan pemudik demi merayakan hari raya idul fitri mulai dari penerobosan operasi penyekatan, melakukan perjalanan dimalam hari hingga dini hari demi menghindari operasi penyekatan pemudik. Salah satu cara yang dilakukan pemudik adalah melewati jalan – jalan tikus untuk tetap bisa pulang kampung.

            Sepertinya perbuatan – perbuatan itu tidak teladan, karena tidak mematuhi protokol dari pemerintah. Sebenarnya hal tersebut bisa dilakukan oleh semua orang, hanya yang membedakan kesadaran dari setiap orang. Sekarangpun, masyarakat banyak yang acuh dan tidak peduli dengan adanya kabar pandemi covid-19. Mereka mulai melakukan aktivitas seperti biasa sebelum pandemi, pasar dan tempat rakai sudah mulai dibuka dan ramai pengunjung. Meskipun tempat ramai mulai dibuka, pemerintah dengan tegas memberikan himbauan kepada masyarakat untuk mematuhi protok kesehatan dan wajib memakai masker. Hal tersebut sangat penting untuk diri sendiri dan juga orang lain.

              Larangan mudik di lebaran tahun ini sama dengan lebaran tahun kemarin, yang membedakan hanya masyarakat sudah berani melawan. Lebaran tahun ini juga mulai ramai dari pada lebaran tahun kemarin. Masyarakat mulai berkeliling desa-desa untuk mengkumandangkan takbir dan juga banyak merayakan hari raya idul fitri dengan petasan. Lebaran memang terasa berbeda, tapi sebagai umat muslim tetap harus merayakan hari kemerdekaan dengan rasa bahagia dan legowo.

            Umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum selesai. Suasana hari raya yang biasanya diekspresikan dengan penuh keceriaan dan kebersamaan, terpaksa dijalani dengan penuh keterbatasan demi keamanan bersama. Idul Fitri dipenuhi dengan berbagai aktivitas yang membuat umat Islam berkumpul dan sekarang terpaksa dijalani dengan protokol kesehatan yang ketat. Saat Idul Fitri, umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan salat sunnah dua rakaat pada pagi hari atau yang disebut shalat Ied.

            Salat Idul Fitri, dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang biasanya disampaikan oleh Imam. Penyampaian khutbah Idul Fitri berbeda dengan khutbah Jumat. Khutbah Ied dilaksanakan dengan dua khutbah, dilakukan dengan berdiri dan di antara keduanya dipisahkan dengan duduk sejenak. Salat Idul Fitri hanya bisa ditunaikan setahun sekali tepat di hari raya Idulfitri, begitu juga khutbahnya. Meski menyampaikan khutbah Idul Fitri yang singkat termasuk penyempurna salat Id, tetapi hukumnya sunnah.Shalat Id berjama’ah di masjid atau lapangan merupakan salah satu momen paling berarti bagi umat Islam. Sekalipun hukumnya sunah tapi banyak orang menganggapnya sangat penting untuk mengikuti karena mengingat hanya terjadi setahun sekali. Mereka yang malas menjalankan shalat rawatib atau shalat Jumat pun sering kali tak ingin meninggalkan sholat id.        

           Shalat berjamaah lebih afdhal dari shalat sendirian, karena makna pertemuan dan persatuan yangtercermin dalam proses pelaksanaannya dengan berdirinya kaum muslimindalam shaf dibelakang satu imam, seakan-akan mereka satu bangunankokoh yang saling memperkuat satu sama lainnya. Kemudian disyari’atkanlah shalat id supaya kesatuan dan persatuan menjadi lebih besardan membawa manfaat yang lebih banyak. Sesungguhnya pelaksanaan shalat Idul Fitri setelah usainya kaum muslimin dari mengerjakan kewajiban puasa adalah faktor terbesarpenyebab tumbuhnya ikatan bathin di antara umat Islam. Karena pada saat itu, orang-orang yang diberi Allah kelebihan harta telah memberikan sebagian hartanya untuk sifakir sehingga terbebas dari rasa lapar dan kebutuhan hidunya. Maka hilanglah pada hari itu kesedihan hatinya  adanya beban yang mengulurkan tangannya berjabattangan dengan saudaranya sesama muslim seakan-akan mereka berasal dari satu rumah dan satu orang tua.

            Perayaan Idul Fitri yang khas di Indonesia adalah silaturrahim ke keluarga dekat atau ke lingkungan sekitarnya. Semua siap untuk datang tanpa perlu membuat janji atau. Secara etika, yang muda diharapkan mengunjungi mereka yang lebih tua.  Semua orang berusaha menciptakan kesan terbai dengan cara baju-baju baru dibeli untuk menyambut tamu atau untuk berkunjung ke saudara dan juga tetangga, kue-kue lezat disiapkan sebagai suguhan, rumah yang biasanya berantakan jadi dirapikan menjelang lebaran. Idul Fitri sudah menjadi momen perayaan terbesar di Indonesia bahkan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam.                                                       

            Ketika selesai sholat raya idul fitri, para remaja-remaja masjid banyak yang menyalakan petasan guna memeriahkan datangnya hari raya. Budaya sungkeman tak luput juga dari ciri khas di hari lebaran, terutama kepada orang tua, biasanya dilakukan selesai sholat idul fitri, para anak muda meminta maaf kepada yang tua atau dalam bahasa jawa kita sebut dengan sungkeman atas segala salah dan khilaf yang pernah dilakukan selama waktu berjalan. Dan yang tua juga meminta maaf kepada anak-anaknya dan sanak saudara lainnya, karena bagaimanapun tak ada yang pernah luput dari kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak. Budaya sungkeman ini menjadi salah satu tradisi yang saya rasa wajib dan patut untuk dilestarikan dan diturunkan ke generasi-generasi berikutnya. Agar generasi berikutnya tetap memiliki budaya sopan dan santun terhadap sesama terutama kepada orang yang lebih tua dari kita. 

           Setelah itu masyarakat mulai bersilaturahmi berkeliling untuk mengucapkan minal aidzin wal faidzin. Masyarakat di desa biasanya menyediakan jajanan-jajanan dirumah masing-masing untuk menjamu tamu-tamu yang datang untuk bersilaturahmi. Beraneka ragam jajanan mulai dari jajanan basah dan kering, banyak suguhan jenis makanan yang disuguhkan. Selain itu, biasanya hari raya idul fitri dijadikan ajang anak-anak untuk bida dapet THR atau uang. Ini yang ditunggu-tunggu semua orang ketika hari raya idul fitri, selain nuansa dan kondisi hari raya idul fitri. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah pemenuhan tunjangan hari raya (THR) bagi karyawan. Sekalipun dunia usaha sedang mengalami kesulitan, tetapi THR merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh pengusaha atas hak karyawan. Jika kondisi keuangan benar-benar sulit, sudah ada mekanisme yang diatur oleh undang-undang untuk penyelesaiannya, tetapi hak tersebut harus tetap dibayarkan.

           Banyak sekali hal-hal yang di nantikan saat hari raya, maka dari itu banyak umat muslim yang gembira ketika datangnya idul fitri.

           Dalam lebaran juga ada makanan khas yang harus ada untuk di sajikan yaitu ketupat. Selain untuk disantap bersama keluarga, ketupat juga bisa dikirim kepada warga lainnya, seperti saudara dan tetangga. Secara simbolik, ketupat Lebaran juga merupakan ungkapan syukur manusia kepada Allah SWT, karena pembuatan ketupat menggunaan janur sebagai bungkusnya, yang artinya memanfaatkan karunia Allah SWT. Ketupat dibuat dengan bahan utama nasi dibungkus dengan anyaman janur, kemudian dikukus atau direbus. Ketupat disantap dengan kuah santan, gulai, atau opor.

           Kesan pesan saya selama lebaran tahun ini meskipun lebih sepi dari tahun-tahun kemarin, tetapi tidak mengurangi makna dari lebaran itu sendiri, kondisi yang menuntut kita untuk menjalani ini demi kebaikan bersama, demi bisa berkumpul di lebaran pada tahun depan,  meskipun ini cukup mengecewakan tetapi lebaran tahun ini dan tahun kemarin memberi banyak sekali pelajaran, seperti ketika kepala keluarga atau laki-laki yang ada di rumah dituntut untuk mampu menjadi imam, atau ternyata jarak itu hanya angka dan tidak membatasi kita untuk tetap bisa bersilaturahmi dengan saudara maupun tetangga, meskipun  tidak bisa saling berkunjung ke tempat saudara-saudara kita tetap bisa bersilaturahmi melalui media virtual seperti zoom dan videocall whatsapp yang sudah terjadwalkan sebelumnya. Dan walau kita tidak bisa menikmati lezatnya makanan lebaran yang biasa tersaji di rumah eyang maupun saudara seperti ketupat, sayur labu dan opor ayam yang dimasak sendiri, tetapi makanan wajib setiap lebaran ini tetap bisa kita sekeluarga nikmati dengan memesannya di restaurant, karena tahun ini mereka membuka pesanan khusus di  hari H lebaran. Dan saya rasa muncul tradisi baru pada ramadhan dan lebaran di masa pandemi ini yaitu, saling mengirim makanan untuk berbuka puasa karena tidak bisa untuk melangsungkan acara buka bersama seperti ramadhan sebelumnya dan juga saling bertukar hampers untuk saudara dan teman dekat di hari raya idul fitri sebagai tanda melepas rindu karena tidak dapat bertemu dengan langsung. 

            Dalam beberapa tradisi keluarga tentang hal THR, meskipun sudah bekerja, selama belum menikah beberapa sanak keluarga yang muda akan tetap akan mendapatkan THR dari orang tua dan sanak keluarga yang sudah menikah. Tradisi ini sudah berlangsung dari jaman eyang buyut, kurasa ini bukan hanya tentang nominal tapi menjadi perwujudan doa dan syukur atas rezeki umur dan harta yang Allah sudah berikan selama setahun itu. Di tahun kedua lebaran di masa pandemi ini membuat kita banyak mengambil hikmah dan sisi positifnya, kita jadi mampu menjadi pribadi yang lebih sabar dan menghargai baik waktu maupun seseorang, serta lebih mampu mengelola emosi dan introspeksi diri. Di lebaran masa pandemi ini masa libur bekerja jauh lebih singkat, jauh dari kata menikmati karena tuntutan dan juga tak ada hal lain yang perlu di lakukan lagi. Rata-rata kita mendapatkan libur hanya 3-4 hari saja, selanjutnya beraktifitas seperti sedia kala. Dan banyak yang mulai beraktifitas dengan normal di hari lebaran ke-4. Memang vibes lebaran tahun ini dan kemarin terasa menyesakkan,tetali semoga kita bisa melaluinya dengan lebih baik dan menjadi pribadi yang lebih positif lagi dan dapat bertemu dengan lebaran di tahun depan dalam keadaan yang normal dan bahagia.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan