Oleh: Bunga Yasmin Aninda

Mendengar kata “ghosting” pasti sudah tidak asing lagi bagi kita yaa, khususnya para millenial. Kata ghosting sering digunakan untuk anak muda yang sedang dimabuk cinta dan sering dikatakan “bucin”. Ghosting diartikan oleh anak muda yaitu hilang tanpa adanya kabar, setelah si pelaku memberikan harapan dan menimbulkan rasa dengan si korban. Ghosting dapat terjadi dalam hubungan pasangan antara laki-laki dan perempuan.

Kata ghosting berasal dari bahasa Inggris yaitu “Ghost”, yang memiliki arti hantu. Sebagaimana ulasan di atas, bahwa bukan perihal hantunya, melainkan lebih pada perilakunya. Sejak 2011, dunia mengenal istilah ghosting yang diartikan sebagai tindakan memutuskan hubungan atau menghilang begitu saja tanpa penjelasan apa pun. Umumnya ghosting menjelaskan tindakan memutus saluran komunikasi seperti memblokir telepon, SMS, WhatsApp, atau akun-akun media sosial. Dalam bentuk paling jelas, ghosting dicirikan misalnya tidak mau bertemu kembali dengan sang mantan. Dalam definisi sederhana, ghosting bisa pula diartikan “ditinggal ketika sayang-sayangnya” kalimat itu populer di kalangan anak muda.

Ghosting populer selepas media sosial dan aplikasi kencan digunakan sebagai sarana baru menjalin hubungan. Empat tahun setelah istilah ghosting muncul, ia masuk dalam Collins English Dictionary. Susan Sprecher, akademisi Illinois State University, dalam “Two Sides To the Breakup of Dating Relationship“, menyebut putus hubungan dapat membuat seseorang stres, merasa kesepian, hingga marah yang tak berkesudahan.

Perilaku ghosting sudah ada sejak munculnya interaksi antar manusia. Hanya saja, istilahnya baru popular di era digital seperti saat ini. Selain itu, sering pula terjadi dalam bentuk komunikasi-komunikasi digital yang jenisnya beragam. Ghosting dinilai sebagai cara terburuk dan pengecut dalam mengakhiri suatu hubungan. Perilaku ini seringkali menimbulkan pertentangan-pertentangan dari banyak kalangan. Sebab memiliki efek atau dampak yang tidak ringan dan tidak mudah bagi si korbannya.

Ghosting sendiri merupakan tindakan memutuskan hubungan dengan cara memutus semua akses komunikasi tanpa penjelasan. Hal ini bisa terjadi dalam relasi romantis seperti masa-masa pdkt, pacaran, maupun pernikahan. Mengapa tindakan  itu disebut ghosting? Sebab, perilaku seperti itu hampir menyerupai sosok hantu yang datang tanpa diundang, pergi pun tanpa pamit, atau menghilang dengan seenak dan sesuka hatinya. Jadi tak heran ya, perilaku ghosting tersebut disamakan dengan hantu.

Ghosting nenjadi salah satu fenomena yang dominan di komunikasi. Menurut dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta Desideria Cempaka Wijaya Murti, S.Sos., MA., PhD., yang akrab disapa Desi, hal ini terjadi karena adanya penggunaan medium, yaitu sosial media. Desi menjelaskan, kejadian ini sering sekali berlangsung karena media sosial menjadi salah satu media yang digunakan oleh orang-orang untuk memulai sebuah hubungan. Dan media sosial juga digunakan untuk mengakhiri hubungan.

Menurut desi, jika ghostingdari sisi Ilmu Komunikasi, ada lima alasan mengapa seseorang akan melakukan tindakan ghosting:

  1. Kenyamanan
  2. Keamanan
  3. Atraksi
  4. Status hubungan
  5. Alasan lain.

Dari alasan tersebut, ghosting dapat ditoleransi berdasarkan latar belakangnya,  salah satunya ketika seseorang terjebak di dalam toxic relationship.

Dari beberapa pernyataan-pernyataan soal ghosting, bisa ditarik makna jadi satu ya bahwa ghosting itu perilaku tidak baik karena ada salah satu pihak yang tersakiti. Ghosting itu sendiri bisa terjadi karena kurangnya komunikasi dalam hubungan jika terjadi masalah dalam hubungan tersebut.  Akhirnya membuat ketidaknyamanan dalam hubungan tersebut dan memilih untuk meninggalkan pasangannya tanpa penjelasan. Jika tidak ada kabar atau komunikasi dalam hubungan tersebut bisa dikatakan putus atau sudah berakhirnya hubungan. Lebih parahnya, jika sudah memiliki pihak lain atau pihak ketiga karena sudah merasa tidak bahagia dengan pasangannya. Jadi, hubungan yang paling utama dan penting adalah komunikasi. Tapi perlu digaris bawahi bahwa tidak semua orang berperilaku ghosting, hanya orang yang tidak serius dan orang yang tidak bisa mencari jalan keluar dengan jalur berkomunikasi, jika ada masalah dalam hubungannya.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan