Penulis : Izyan Alif Aini dan Alfan Syauqi Alfarizi

 

Pada umumnya, orang menganggap gengsi hanya akan melahirkan kesombongan. Wajar saja berpikir seperti itu, karena memang kita hidup dalam zaman dimana merk menjadi sebuah tuntutan bagi siapa saja orang yang ingin dipandang dalam kelas sosal atas, gengsi ketika makan di pinggir jalan ataupun gengsi karena tidak memakai pakaian yang sedang trend saat ini. Hal itu tidak bisa ditepis keberadaanya dalam dunia sosial kita, namun bagaimana jika menjaga gengsi ditempatkan dalam situasi pandemi Covid-19 yang memberikan efek positif?

Melonjaknya pasien terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia, menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru guna memutus rantai penyebaran virus tersebut. Misalnya, harus mematuhi protokol kesehatan 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan) dan imbauan Presiden Joko Widodo yang mengeluarkan kebijakan bagi masyarakat untuk bekerja di rumah, belajar dari rumah bagi pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir pencegahan penyebaran Covid-19.

Seiring dengan kegiatan #dirumahsaja, kebanyak orang memilih untuk tetap menjaga gengsi atau memilih meningkatkan prestasi, 2 pilihan yang meresahkan terutama bagi pelajar maupun mahasiswa. Covid-19 selain berdampak kepada kegiatan #dirumahsaja, juga sangat berdampak terhadap sektor ekonomi. Menurunya pendapatan, membuat semua orang harus memutar otak untuk tetap bertahan dan “hemat” merupakan jalur alternatif untuk tetap bertahan sembari menemukan inovasi. Namun, tidak sedikit orang yang memilih untuk tetap menjaga gengsi di tengah pandemi. Misalnya, mempercantik diri dengan membeli skincare dan menonton konser virtual berbayar seperti Blackpink. Tetapi, menjaga gengsi di tengah pandemi juga tidak salah. Karena, beraktivitas #dirumahsaja merupakan salah satu ajang untuk memanjakan diri.

Baagaimana mungkin, tidak ada perubahan untuk tetap berprestasi di tengah pandemi. ‘Virtual’ satu strategi yang digunakan untuk mempertarungkan skill dan kemampuan guna mempertahankan prestasi di tengah pandemi. Banyak instansi dan organisasi yang menyelenggarakan perlombaan secara virtual saat ini. Misalnya, lomba virtual news competition, lomba pidato dan short movie. Cukup aneh rasanya, ketika kompetisi yang biasanya disaksikan langsung oleh banyak orang dalam suatu gedung, kini sekedar rekam dan upload di media sosial atau kirim ke penyelenggara. Namun, hal ini memudahkan untuk tetap berkreasi dan berprestasi di tengah pandemi.

Tidak sedikit orang yang merasa malas untuk terus berkreasi dan berprestasi. Karena disebabkan rumitnya peraturan perlombaan yang diselenggarakan secara virtual. Kebanyakan orang lebih memilih menggunakan uangnya untuk menjaga gengsi dan untuk menyenangkan diri. Tapi, tidak sedikit juga yang menggunakan kesempatan ini untuk mengasah skill dan tetap berprestasi di tengah pandemi. Misalnya, mengasah skill berorganisasi, dengan mengikuti kegiatan volunteer, aktif mengikuti organisasi di masyarakat dan mengasah kemampuan berniaga, serta berprestasi dengan mengikuti perlombaan virtual yang sedang hangat saat ini.

Mushonnifun Faiza Sugihartanto mengatakan, jika belajar dan berjuang adalah ibadah, jadi berprestasi adalah dakwah. Ada dua hal yang dibutuhkan ketika berdakwah yaitu membutuhkan penghargaan dan kepercayaan. Maka dengan mengukir prestasi, orang biasanya akan lebih dipercayai dan dihargai sehingga dapat dijadikan sebagai sarana dakwah. Secara tersirat, dengan berprestasi kita juga andil memberikan motivasi kepada lainya untuk berjuang mengukir prestasi. Pandemi Covid 19 memang rumit, tapi berpotensi jadi ajang bergengsi dan berprestasi saat ini.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan