Oleh: Vega Khikmatul Ainaya

 

TikTok merupakan aplikasi yang saat ini sedang populer di masyarakat. Tidak hanya generasi millenial, selebritis hingga pejabat negara pun bisa dengan mudahnya menggunakan aplikasi ini. Aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah, sehingga dapat membuat video pendek dengan hasil yang keren serta dapat dipamerkan kepada teman atau pengguna lainnya.

Aplikasi video pendek ini memiliki dukungan musik yang banyak, sehingga penggunanya dapat melakukan performanya dengan tarian, bergaya bebas, dan masih banyak lagi sehingga mendorong kreativitas penggunanya. Aplikasi ini banyak digemari dari berbagai kalangan, sehingga banyak yang terkena TikTok Syndrome. Di mana syndrom merupakan, gejala seseorang yang bergerak secara tiba-tiba mengikuti nyanyian lagu TikTok atau disebut dengan kecanduan.

Ketika membuka aplikasi ini banyak video-video yang menarik perhatian kita. Irama musik yang cenderung ceria ditambah tingkah laku tarian dari warganet, itu bisa menjadi daya tarik utama aplikasi ini. Sehingga nyata adanya kecanduan dengan gerakan-gerakan yang ada di TikTok, baik ketika mendengarkan lagu TikTok, bahkan tidak mendengarkan lagu dari TikTok, ia sering bergerak secara tiba-tiba, mengikuti gerakan yang ada di TikTok, dan ini bisa terjadi dimana saja dan pada siapa saja yang menggunakannya secara berlebihan.

Berdasarkan penelitian, belum ada kasus kecanduan media sosial yang membuat pengidapnya bergerak secara tiba-tiba sesuai gerakan dance yang sering mereka lihat. Namun, menurut sebuah riset yang dilakukan oleh Harvard University, penggunaan media sosial bisa memicu aktifnya bagian otak yang efeknya menyerupai dampak penggunaan bahan-bahan yang membuat kecanduan. Saat bagian otak ini aktif, maka dopamin atau hormon kebahagiaan pun akan keluar.

Merasa bahagia saat membuka media sosial memang bukan hal yang salah jika Anda masih bisa membatasinya. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang kemudian menyalahgunakan media sosial sebagai pelarian ketika merasa stres, kesepian, atau depresi.

Dengan ada atau tidaknya TikTok Syndrome, diharapkan tetap mewaspadai kemungkinan munculnya kecanduan media sosial. Batasi waktu penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut dan usahakan untuk hanya mengambil sisi positif dari penggunaan media sosial.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan